Mohon tunggu...
Nurliyahapry
Nurliyahapry Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menyukai hal yang berkaitan dengan visual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kota Pendatang

22 Juni 2024   20:30 Diperbarui: 22 Juni 2024   20:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia Aira gadis kecil yang tak lama lagi menginjak masa remaja, ia lahir di Yogyakarta. Namun, Aira banyak menghabiskan masa kecilnya di berbagai kota di Indonesia. Namun, saat ini Aira tinggal bersama ayah dan ibunya di Balikpapan, salah satu kota di provinsi Kalimantan Timur. Aira tidak memiliki saudara, ia sebagai putri tunggal di keluarganya. Karena pekerjaan ayahnya yang menuntut Aira dan keluarganya untuk berpindah-pindah tugas, mau tak mau 3-5 tahun sekali dapat dipastikan keluarganya pindah ke kota lain. Maka tidak heran, kalau ia tumbuh menjadi anak dengan segala keingintahuan dan rasa penasarannya yang begitu besar terhadap budaya-budaya atau kebiasaan masyarakat di kota yang ia tempati. Namun, karena Aira sering berpindah-pindah tempat tinggal, ia tak punya teman yang menetap.

            Masa-masa adaptasi Aira saat pindah di Balikpapan, berjalan dengan baik dan lancar. Saat itu, Aira mendapatkan teman sekaligus sahabat, yang tak lain adalah tetangganya sendiri, namanya Azura. Azura adalah gadis yang peramah dan ceria, hal itulah yang membuat Aira mudah beradaptasi dan langsung dekat dengan Azura. Aira dan Azura juga satu sekolah, hal itulah yang membuat mereka semakin dekat. Mereka bermain dan belajar bersama, bahkan Azura lah yang memperkenalkan kota Balikpapan pada Aira. Waktu demi waktu pun terlewati, Aira semakin betah tinggal di Balikpapan. Malam itu di ruang tamu mereka, ayah yang duduk bersama ibu memanggil Aira.

"Nak, duduk di sini sebentar, ada yang Ayah ingin bicarakan...",ucap Ayah pada Aira. "Iya, Ayah",ucap Aira.

"Bagaimana hubungan Aira dengan Azura?", tanya ayah.

"Alhamdulillah berjalan dengan baik Ayah, Azura yang membantu Aira lebih mudah beradaptasi di sini, Azura juga memperkenalkan Balikpapan pada Aira, apalagi tentang banyak wisata dan kulinernya", ucap Aira.

"Alhamdulillah, ayah dan ibu senang mendengarnya. Ayah mau memberitahukan sesuatu pada Aira, minggu depan kita pindah ke Bontang", kata Ayah.

"Yah...kenapa begitu mendadak, Aira bahkan sudah nyaman dan belum mengucapkan apapun pada Azura", kata Aira.

            Setelah mengatakan itu, Aira pergi berlari ke kamar dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Tiga hari setelah kejadian itu, akhirnya Aira memberanikan diri untuk mengucapkan salam perpisahan mereka. Tepat di taman sekolah, Aira mengajak Azura duduk dan berbicara untuk mengucapkan salam perpisahan mereka. Aira dan Azura pun saling menangis dan berpelukan satu sama lain untuk perpisahan mereka.

            Hari ini tepat di mana Aira dan keluarganya pindah dan sampai di Bontang, Kalimantan Timur. Karena letak kotanya  yang tidak begitu jauh dari Balikpapan, tidak membutuhkan waktu sehari untuk Aira dan keluarganya untuk sampai. Seperti biasa, hari-hari pertamanya dimulai dengan beradaptasi. Kali ini, Aira tinggal di perumahan yang tak jauh dari laut. Aira tinggal di Bontang Kuala, salah satu daerah yang menjadi destinasi tempat wisata untuk orang lokal Bontang ataupun turis yang ingin berlibur ke Bontang. Karena julukan kota Bontang sebagai kota pendatang, tak heran di sana banyak keberagaman budayanya. Sore itu, Aira ikut dengan Ayahnya untuk berbelanja ikan di pasar.

"Karena Bontang dekat dengan laut pasti ikannya segar-segar", ucap Ayah.

Sesampai di sana, Aira melihat satu jenis ikan yang tak pernah  dilihat sebelumnya. Aira sontak bertanya pada ayah.

"Yah, itu ikan apa?", Tanya Aira.

"Ayah, juga tidak tau, mau coba membelinya?", ucap Ayah.

"Boleh", ucap Aira.

            Mereka membeli ikan tersebut tanpa mengetahui nama atau jenis ikan apa yang mereka beli. Sesampai di rumah, belum sampai masuk ke rumah, Pak RT yang kebetulan lewat di depan rumah menyapa Aira dan Ayah.

"Pak, dari pasar yaa? Wahh, beli ikan bawis", ucap Pak RT.

"Ouh, ini namanya ikan bawis ya pak, saya baru tau, soalnya baru lihat, karena penasaran jadi coba beli", ucap Ayah.

"Iya pak, enak lohh itu, apalagi dimasak gammi, memang cuma ada di Bontang saja pak ikan itu. Besok saya ajakin ke BK yaa, kita ke rumah makan gammi yang enak", ucap Pak RT.

"Wahh, boleh tuh pak, besok sore ya pak, saya tunggu hehee", ucap Ayah.

"Aira juga ikut yaa, Pak RT", ucap Aira.

"Okee, siapp. Besok yaaa", ucap Pak RT.

            Bersyukurnya Pak RT tempat di mana keluarga Aira dan keluarganya pindah sangat ramah dan menyenangkan, jadi meskipun Aira dan keluarganya baru pindah, mudah sekali untuk akrab dengan Pak RT di daerah rumahnya.

            Keesokan harinya, Aira sudah tak sabar mengajak ayahnya untuk menunggu Pak RT datang di depan rumah. Tak lama kemudian Pak RT datang ke rumah mereka dan langsung menuju ke Bontang Kuala. Saat di perjalanan...

"Kita naik becak motor yaa, sekalian ngerasain. Becak motor itu menjadi salah satu destinasi wisata di Bontang Kuala juga. Kalau orang yang kesini pakai mobil, biasanya parkir di depan terus masuk ke sana biasanya naik ini, karena kalau jalan kaki lumayan jauh", ucap Pak RT.

Sesampai di tempat parkir wisata pemukiman apung di Bontang Kuala, Ayah memarkirkan mobilnya. Setelah itu mereka naik becak motor yang menjadi kendaraan umum di sana. Diperjalanan Pak RT bercerita tentang gammi bawis, yang menjadi salah satu makanan khas dari daerah Bontang.

"Nah, melanjutkan cerita bapak kemarin, jadi bawis itu jenis ikan yang uniknya hanya ada di perairan Bontang. Bahkan mendominasi ketimbang jenis ikan lainnya. Kemudian kalau gammi ini nama makanan sehari-hari orang terdahulu yang ada sampai sekarang. Istilah gammi itu artinya sambal. Karena di daerah sini, mayoritas pelaut semua, mereka menyajikan gammi bawis sebagai sarapan dan makan malam" Ucap Pak RT.

"Memangnya, cara masak  dan bahan-bahanya apa aja sih pak, kalau mau buat gammi itu?, ucap Aira.

"Jadi gammi itu dimasak di atas cobek tanah liat, itu juga yang menjadikan gammi unik. Gammi dipanaskan di atas kompor dan disajikan saat panas. Saat itu sambal akan tercium wangi dan terlihat meletup-letup. Untuk bahannya sendiri, yang bapak tau itu dominan tomat, bawang merah, lombok dan terasi", ucap Pak RT.

"Ouh iyaa, ada lagi, gammi gak hanya dimasak pakai ikan bawis loh. Sekarang sudah banyak variannya, bisa pakai cumi, udang, kerang, ayam, telur, pokoknya semuanya deh", ucap Pak RT.

"Wihh, jadi lapar dan nggak sabaran nih pak, Aira denger cerita Pak RT", ucap Aira.

 "Hehe, iyaa kah? Maaf ya. Sebentar lagi kita sampai", ucap Pak RT.

            Tak lama kemudian, Aira, Ayah dan Pak RT sampai di rumah makan tujuan mereka. Pak RT memilih salah satu rumah makan gammi terenak di sana untuk dicoba Aira dan Ayah. Sesampai di sana Aira memilih semua menu varian gammi, tak mungkin ketinggalan pasti menu gammi bawis yang menjadi topik utama cerita Pak RT di sepanjang jalan tadi. 

Aira takjub melihat letupan-letupan gammi dari atas cobek tanah liat dan menyantap banyak varian gammi dengan lahapnya. Dengan pemandangan laut yang indah dengan angin sepoi-sepoi, membuat suasana saat itu menjadi menyenangkan. Aira berterima kasih kepada Pak RT karena memperkenalkan salah satu makanan khas dari daerah Bontang. Aira berharap bahwa ia semakin banyak mengenal makanan khas lainnya, bahkan tradisi-tradisi kota di mana tempat ia tinggal sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun