Mohon tunggu...
Apriza Windrasari
Apriza Windrasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Netflix, Kpop, Football

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sepak Bola Untuk Perdamaian Dunia

28 Maret 2023   16:00 Diperbarui: 28 Maret 2023   21:24 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.wallpaperflare.com/football-stadium-sao-paulo-brazil-2014-brazilian-national-team-wallpaper-qkrp 

Sepakbola menjadi alat yang efektif dalam berbagai upaya diplomasi perdamaian di seluruh dunia. Begitu banyak peristiwa mengenai hal ini, mengenai sepakbola dapat membawa perdamaian.

Pada 1960-an salah satu legenda sepakbola asal Brazil, yaitu Pele berhasil menghentikan perang saudara di Nigeria. Pada tahun 1967 Pele datang ke Nigeria, karena kedatangannya itu, kedua kubu yang sedang berseteru sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 48 jam demi menyaksikan Pele memainkan bolanya dan menunjukkan skill magisnya.

Pantai Gading juga sempat mengalami perang saudara selama beberapa tahun, tetapi hal tersebut berhenti karena Didier Drogba, dkk berhasil memenangkan pertandingan melawan Sudan dengan skor akhir 3-1 dan meloloskan Pantai Gading ke Piala Dunia 2006. Pasca pertandingan, Didier Drogba, dkk berlutut di hadapan sebuah mik dan memohon agar penduduk Pantai Gading yang sedang berseteru untuk berdamai. Upaya tersebut ternyata berhasil, sejak saat itu sepakbola menjadi simbol perdamaian di Pantai Gading.

Kerusuhan era reformasi pasca lengsernya Presiden Soeharto tahun 1998 berhasil diredamkan oleh Piala Dunia 1998 di Prancis. Kerusuhan dan ketegangan itu tiba-tiba sirna pada 10 Juni 1998 karena bertepatan dengan kick-off Piala Dunia 1998 dan setelahnya hampir tidak ada lagi kerusuhan yang terjadi di kota-kota di Indonesia.

Sebenarnya masih banyak lagi peristiwa yang berhasil diredamkan oleh sepakbola. Melalui kisah tersebut, tidak dapat dibantah bahwa sepakbola menjadi alat yang efektif dalam mendamaikan konflik.

Pada Piala Dunia 2022 kemarin, kapten di setiap tim memakai badge yang bertuliskan #SaveThePlanet. Kalimat ini menunjukan kampanye keprihatinan para pecinta bola terhadap pemanasan global yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan yang disebabkan oleh emisi gas-gas rumah kaca. Akibatnya, dunia dilanda kekeringan, banjir, kebakaran hutan, dan penyakit tropis dimana-mana.

Selain itu, dukungan pada terciptanya perdamaian dan kemerdekaan Palestina pun kerap disuarakan oleh para pecinta bola baik melalui tag #FreePalestina, bendera Palestina, maupun dukungan para penggemar sepakbola yang hadir di Qatar.

Sepakbola menarik perhatian lebih dari setengah penduduk bumi. Miliaran manusia mengikuti setiap pertandingan dengan penuh kebahagiaan, baik yang datang menonton langsung di stadion, maupun yang menonton dari rumah melalui televisi atau live streaming.

Dalam sepakbola, latar belakang suku, agama, ras, tidak menjadi penghalang kebersamaan. Mereka hanya memandang satu identitas, yaitu pesepak bola. Para supporter pun hanya memiliki satu rasa, harapan, dan visi, yaitu kemenangan tim favoritnya di setiap pertandingan. Para suporter maupun penggemar sepakbola akan tetap mendukung tim favoritnya tanpa memandang latar belakang SARA para pemainnya. Inilah suatu hal indah yang terjadi di sepakbola dan mungkin jarang terjad pada olahraga lain. Oleh karena itulah, banyak kalangan yang menilai sepak bola potensial menjadi pilar perdamaian dunia.

Pada tahun 2013, muncullah organisasi bernama Football for Peace (FFP) yang didirakan oleh Kashif Siddiqi, yang merupakan pesepak bola Inggris kelahiran Pakistan, bersama Elias Figueroa, yang merupakan legenda FIFA dari Chile.

Latar belakang didirikannya organisasi ini adalah setiap negara di dunia menderita berbagai bentuk kesulitan sosial. Menurut Global Peace Index, rata-rata tingkat kedamaian global telah menurun selama lima tahun berturut-turut. Sebagai akibat dari krisis yang sedang berlangsung, dunia menjadi tidak seimbang dengan kemiskinan, ketidaksetaraan, degradasi lingkungan, dan masalah perdamaian dan keadilan. Mereka yang paling terpengaruh oleh permasalahan ini adalah kaum muda. Football for Peace (FFP) didirikan dengan tujuan mengatasi perpecahan, budaya rasis, kekerasan, dan sikap negatif yang ada di seluruh dunia.

Football for Peace (FFP) telah didukung secara formal oleh PBB dan menjadi organisasi global yang menerima dukungan dari tokoh-tokoh terkenal dunia, termasuk anggota keluarga kerajaan untuk memajukan era baru diplomasi olahraga dengan mengadvokasi dan membangun kerangka kerja seputar isu air, kemakmuran, dan perubahan sosial, dengan cara menghubungkan orang-orang melalui sepakbola.

Tidak hanya itu, FFP juga mengadakan pelatihan sepak bola selama seminggu gratis untuk anak-anak di seluruh dunia untuk mengajarkan anak-anak mengenai nilai-nilai sosial yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta memajukan era baru bidang olahraga, khususnya sepakbola.

Football for Peace (FFP) mengkampanyekan pentingnya menghargai kebudayaan, latar belakang ras, suku, dan agama orang lain. Karena dari penghargaan akan lahir penerimaan, dari penerimaan akan lahir kehidupan yang harmonis. Contoh paling nyata, yaitu bagaimana kita dapat menghargai dan menghormati budaya serta latar belakang SARA sesama suporter dan penggemar sepakbola, juga kepada para pesepakbola. Dalam dunia sepakbola, terlihat jelas bahwa perbedaan dapat diterima dengan baik.

Semoga dunia sepakbola ini dapat menjadi inspirasi kita semua untuk saling menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan diantara kita semua sebagai prasyarat mewujudkan perdamaian dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun