Tim KKN-T IPB University menggelar kegiatan simulasi pembuatan dan pembagian pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dalam rangka memperkenalkan pupuk alternatif bagi para petani. Kegiatan ini diselenggarakan oleh tim KKN-T kelompok 07 Kabupaten Sukabumi pada hari Rabu, 4 Agustus 2021.Â
Kegiatan ini dilaksanakan di Madrasah Hidayatul 'Ala di Desa Cipetir dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya Kepala Desa Cipetir, Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), dan beberapa tokoh masyarakat yang aktif dalam melakukan aktivitas pertanian.Â
Program ini terdiri atas serangkaian tahapan. Tahapan pertama dimulai dengan melaksanakan pembuatan PGPR secara mandiri oleh tim KKN-T dengan beberapa perwakilan kelompok tani (05/07/2021) dan dilanjutkan proses inkubasi selama 15 hari.Â
Setelah proses inkubasi selesai, dilakukan monitoring dan evaluasi pada tanaman hortikultura yang telah diaplikasikan pupuk PGPR.Â
Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari pupuk PGPR yang telah dibuat. Lalu diakhiri dengan acara puncak yaitu simulasi pembuatan dan pembagian produk PGPR pada Rabu (04/08/2021).
Kegiatan simulasi pembuatan dan pembagian pupuk cair PGPR diangkat dari keresahan warga Desa Cipetir akan adanya dampak dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan pada lahan pertanian.Â
Kurangnya pengetahuan warga terhadap dampak penggunaan pupuk secara berlebihan membuat warga terlena dengan kemudahan penggunaan pupuk kimia, sehingga jika dilihat di lapangan banyak gejala akibat dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan seperti berkurangnya kesuburan tanah yang berdampak pada hasil pertanian.Â
Selain sosialisasi pembuatan pupuk cair PGPR juga dilakukan sesi diskusi dengan membahas permasalahan pertanian yang sering terjadi di sekitar Desa Cipetir.Â
Mulia Restafiani sebagai penanggungjawab program menjelaskan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) atau lebih dikenal sebagai zat pengatur tumbuh merupakan pupuk cair yang memanfaatkan mikroba tanah seperti bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman.Â
Bakteri baik yang dimanfaatkan dalam pembuatan PGPR seperti Pseudomonas fluorescens, Bacillus polymyxa, atau lainnya berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan ketahanan tanaman. Pupuk PGPR sendiri dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman seperti tanaman pangan, hortikultur, dan kehutanan. Â
Pupuk cair PGPR diharapkan bisa menggantikan pupuk kimia karena pupuk ini merupakan pupuk cair organik dan sangat ramah lingkungan.Â
PGPR ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah dicari, seperti akar bambu, dedak, terasi, gula, dan air bersih. Cara pembuatannya sendiri cukup mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus.Â
Menurut Bapak Jijib salah satu tokoh masyarakat, Pupuk PGPR ini dapat membantu petani di Desa Cipetir dalam pemenuhan kebutuhan pupuk secara mandiri. Sehingga lebih bisa mengurangi biaya produksi untuk pengolahan tanaman dan bahan yang digunakan, karena hampir semuanya bisa didapatkan dengan mudah.Â
"Pertama saya mengucapkan banyak terima kasih kepada adik-adik mahasiswa atas terselenggaranya kegiatan ini. Saya juga tentu berharap masyarakat terutama para petani di Desa Cipetir dapat mempraktikan langsung pembuatan pupuk PGPR ini", ujar Bapak Dodi Wijaya selaku Kepala Desa Cipetir.Â
Kegiatan simulasi dan pembagian pupuk cair PGPR di Desa Cipetir mendapatkan respon baik dari peserta. Melalui kegiatan sosialisasi dan pembagian pupuk cair PGPR, kami berharap peserta  menjadi lebih terbantu dalam pemenuhan kebutuhan pupuk terutama pupuk organik untuk bercocok tanam.Â
Adanya program KKN-T ini diharapkan peserta dapat membuat pupuk secara mandiri juga mengaplikasikan pupuk cair PGPR di lahan  dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H