Jangan ulangi kesalahan lama seperti keledai, jadwal timnas dan liga harus benar-benar dijadwalkan pada awal tahun atau awal musim. Dengan siapa timnas bertanding harus diupayakan jauh-jauh hari dan berapa lama pula jeda kompetisi diberikan. Jumlah 18 klub itu terlalu banyak bagi Indonesia yang wilayahnya luas dan profesiobalitas klubnya masih rendah -terutama soal finansial-, jadi menurut saya kompetisi tertinggi kita junlah pesertanya harus dikurangi.
Jangan samakan dengan kompetisi negara Eropa yang luas wilayahnya lebih kecil dan bisa dijangakau naik bis atau kereta saja, timnas di Eropa juga terbiasa latihan timnas yang pendek berbeda dengan kita yang masih biasa pelatnas jangka panjang. Belum lagi kompetisi liga kita harus sering diliburkan untuk Pilkada, Pilpres, Puasa, Peringatan hari buruh, dll. Sangat tidak masuk akal kalau klub-klub sekedar mau eksis dan pengelola liga tetap memaksakan liga 18 klub demi mencontek Eropa.
Saran saya kurangilah peserta liga berdasarkan nilai profesionalitasnya sejumlah 12 atau 14 saja, sisanya dibuatkan kompetisi baru yang statusnya semi profesional dibawah ISC dan diatas Divisi Utama. Kompetisi ini jadi kasta kedua yang tidak begitu jauh kualitasnya dengan kasta tertinggi, dan klubnya juga tidak terlalu banyak seperti DU.
Divisi Utama saat ini statusnya amatir karena banyak klubnya yang tidak mampu secara finansial, tapi harus diakui beberapa manajemennya sudah baik perlu dilakukan penilain lisensi profesional pada klub-klub Divisi Utama yang boleh bermain di level kedua. Jangan lucu seperti saat ini, sehabis main di liga amatir tiba-tiba bisa langsung ke liga profesional kasta tertinggi.
Atau solusi lainnya liga dengan dua wilayah, baca tulisan saya lainnya: Liga Sepak Bola Satu Wilayah Tidak Tepat untuk Indonesia
Jumlah tim di kasta tertinggi yang sedikit bukan berarti mengurangi kualitas, selain jadwal untuk timnas yang lebih bisa dioptimalkan. Beberapa liga terbaik di Asia jumlah klubnya tidak banyak-banyak seperti Australia hanya 10, Korsel hanya 12, UAE dan Qatar hanya 14, China-Saudi-Iran hanya 16. Tapi klub yang tampil benar-benar profesional sehingga kualitas liganya sangat baik. Tidak seperti di Indonesia yang asal rame -entah untuk kepentingan politik atau bagaimana-, kualitas klub dan liga diabaikan sehingga sepakbola kita tidak maju-maju.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI