HASIL DAN PEMBAHASANÂ
Â
- Budaya Ziarah Makam Dato Tiro
- Proses ziarah merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap pengunjung yang memiliki hajad atau keinginan dengan kata lain keinginan yang pernah diniatkan dalam hati, ziarah juga dilakukan seseorang karena mensyukuri nikmat yanmg telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada seseorang, entah itu karena mendapatkan rezeki, lulus dalam suatu ujian, atau dilakukan sebagian masyarakat dari luar daerah setelah panen raya, biasanya juga dilakukan karena seseorang telah menikah atau berhasil mendapatkan pujaan hatinya.Â
- Menurut Hasrullah, selaku penjaga makam Dato Tiro budaya ziarah yang dilakukan setiap pengunjung harus membawa semacam pesugihan atau sesajen. Hal ini di perkuat karena setiap pengunjung selalu mengikut sertakan segala persyaratan yang di butuhkan sebagaimana layaknya seorang peziarah, dimana proses ziarah di makam Dato Tiro, yang diliat langsung oleh peneliti bahwa proses ziarah pada saat itu setiap pengunjung menyiapkan lilin merah untuk bakar di samping kanan pusara dekat kepala sebagai penerang kemudian membacakan doa, dan biasanya ada yang menyemblih kambing atau ayam kemudian dimasak dan dimakan bersama-sama, penjaga makam mengatakan bahwa tidah harus lilin merah yang harus dinyalakan biasanya juga diganti dengan lilin putih.Â
- Adapun tata cara proses ziarah yang dilakukan adalah ; peziarah Menurut masyarakat sekitar yang berada di lingkungan makam Datotiro mengatakan bahwa dimakam tersebut mempunyai banyak penjaga dimana penjaga dimakam itu memberikan sedikit penjelasan bahwa proses ritual yang di lakukan setiap harinya sebelum pengunjung memasuki makam Datotiro, pengunjung terlebih dahulu menemui petugas yang berada dimakam pada hari itu, dan memberitau niat kedatangannya berziarah.Â
- Setelah pengunjung mengutarakan niatnya kemakam berziarah barulah petugas membantu untuk menyiapkan segala ritualnya, dimana sebelum pengunjung memasuki makam tersebut pelaksanaan pesugihannya dilakukan di luar makam seperti melepas kambing, ayam, bahkan ada juga yang pernah melepas sapi, ada juga masuro baca (menyediakan makanan berupa "Songkolo", pisang, dan yang lainnya).Â
- Proses ritualnnya semua dilakukan di salah satu ruangan diluar makam tersebut. Setelah poses ritualnya selesai, kemudian pengunjung diarahkan untuk mengambil karcis di loket yang ditentukan, setelah pengambilan karcis barulah pengunjung diarahkan untuk masuk di makam tersebut, mereka diarahkan untuk berjalan dengan tenang memasuki makam, setelah sampai di dalam ruangan makam, kemudian diarahkan mengambil tempat di samping makam dan mengeluarkan perlengkapannya berupa minyak kemiri dan daun pandan campur bunga kemudian menyebutkan kembali niat kedatangannya berziarah,Â
- Setelah selesai mengutarakan niatnya kemudian "guru massuro baca" membacakan niat dan maksud kedatangannya, kemudian setelah selesai pengunjung bersalaman dengan "guru massuro baca", setelah itu pengunjung menaburi bunga dan menyiram makam dengan minyak wangi, kemudian mengambil sedikit minyak dari siraman nisam makam tersebut yang dianggap sebagai berkah dari makam itu, dan membawa kembali kerumah, bahkan menganggap bahwa mereka datang berziarah dimakam itu karena menganggap memberikan penghormatan kepada leluhurnya. Setelah semua selesai kemudian pengunjung diarahkan keluar dengan rapi dan tenang.
- Pada proses ritual yang dilakukan bagi yang punya hajat itu meganggap bahwa dengan mendatangi makam Dato Tiro itu merupakan sebuah penghormatan bagi leluhurnya serta menghormati para ulama serta sanak keluarganya yang lebih dulu meninggalkannya.
- Berdasarkan pengamatan peneliti selama dilapangan, ritual-ritual tradisi ziarah makam Dato Ri Tiro yang masih berlanjut dan bertahan sampai sekarang sebagai berikut :
- 1. Tai bani (Lilin merah) dinyalakan dan diletakkan disudut kanan makam (disamping batu nisa kepala) yang berfungsi sebagai penerang, kemudian peziarah berdo'a dan membeca Alquran, peziarah kemudian menyiram batu nisan di kepala sampai batu nisan dikaki dan menaburi bunga diatas makam. 2. Tai bani (Lilin merah) dinyalakan dan diletakkan disudut kanan makam (disamping batu nisan kepala) yang berfungsi sebagai penerang, kemudian peziarah berdo'a (sesuai hajat peziarah), peziarah kemudian menyiram batu nisan dengan minyak batu atau air dari batu nisan dikepala sampai batu nisan dikaki dan menaburi bunga diatas makam
- 3. Tai bani (Lilin merah) dinyalakan disudut kanan makam (disamping batu nisan kepala) kemudian keletakkan kain kafan sepanjang makam yang menutupi tanah diatas makam kemudian dilanjutkan dengan berdoa (sesuai hajat peziarah) barulah kemudian menyiram batu nisan dengan minyak bau atau menyiram makam dengan air dimulai dari batu nisan diatas dikaki kemudian menaburi bunga atau kembang diatas makam. Pealatan ritual ziarah makam seperti Alquran dan kain kafan disediakan oleh pengelolah makam (sudah disediakan didalam makam) , sedangkan bunga atau kembang, minyak baud an tai bani (lilin merah) banyak dijual disekitar pemakaman Dato Ri Tiro, peralatan ritual tersebut disimpang dalam wadah seperti kaleng  kemudian dibungkus lagi dengan kain putih. Adapula peziarah yang membawah semua peralatan ritual dari kediamannya seperti bunga, minyak dan air.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang penjaga makam, sebagai berikut :
Menurut Hasrullah 53 tahun, selaku juru kunci atau penjaga di makam Dato Tiro mengatakan: "Bahwa pengunjung makam yang datang selain  untuk Ziarah juga untuk melepas niat atau hajat, pengunjung yang datang dengan niat tertentu tidak dilarang selama itu niatnya baik dan sebenarnya meminta bukan ke makam Dato Tiro, tetapi ke Allah SWT. Makam Dato Tiro hanya perantara antara peziarah dengan Sang Pencipta."
Menurut bapak Nawir yang merupakan salah seorang "guru massuro baca" di makam Dato Tiro mengatakan bahwa setiap yang datang berziarah dimakam ini tidak banyak yang harus disediakan, dalam hal ini persyaratan yang harus di penuhi oleh pengunjung berupa ; kain kapan, minyak kemiri atau semacamnya dan daun bunga untuk ditaburkan ke makam, karena kalau ketiganya tidak ada proses tersebut tidak terlaksana olehnya itu setiap pengunjung pasti menyiapkan lebih dulu. Selaku "Guru Massuro Baca" di makam Dato Tiro mengatakan: "beliau hanya menanyakan tentang apa niat peziarah datang ke makam Dato Tiro, lalu menabur bunga, menyiram air atau minyak dan membacakan Doa selain itu sudah tidak ada yang lain. Adapun perasaan yang dirasakan yaitu perasaan lega karena dapat menyelesaikan nazar/niat dari peziarah."
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
- Budaya ziarah bagi pengunjung ke makam Dato Tiro berbeda-beda tergantung dari niat atau hajatan seseorang. Olehnya itu setiap pengunjung yang memang sering datang, baik yang datang dari jauh maupun yang dekat sebagian orang  menganggap makam ini sakral dan keramat bagi mereka. Mereka beranggapan makam Dato Tiro merupakan suatu tempat meminta satu berkah dalam kegiatan yang akan dimualainya. Makna ziarah dari segi nilai-nilai spiritual, menghadirkan kesadaran bagi setiap orang untuk mengingat kematian.Â
- Melakukan ritual ziarah khususnya di makam Dato Tiro dapat menghadirkan nilai-nilai sosial baik antara sesama pengunjung maupun antara pengunjung dengan petugas makam dalam bentuk hubungan-hubungan sosial. Dahulu tradisi ini dilakukan dengan membawa berupa makanan ke makam dan makanan itu dibaca dengan menggunakan dupa dan kemenyang, kemudian makanan itu dimakan bersama sanak keluarga di dekat makam tersebut untuk rasa syukur atas hasil yang telah dia capai. Dari data-data yang didapatkan secara langsung di lapangan, peneliti secara umum dapat menarik kesimpulan bahwa nilai nilai sosial yang dapat dipetik dari budaya ziarah sangat luas karena banyaknya pendatang dari luar yang menganggap tempat ini adalah tempat keramat.
- Berkunjung ke makam baik makam orang biasa maupun makam para wali atau sufi menjadi pengingat bagi orang-orang yang masih hidup akan kematian, sehingga bisa berdampak khususnya nilai-nilai spiritual.
SARAN
Penulis sadar bahwa penelitian sederhana ini masih banyak kekurangan, baik dalam hal teknik penulisannya, di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta : PT. Gramedia, 1983.