Mohon tunggu...
Aprio Rabadi
Aprio Rabadi Mohon Tunggu... profesional -

Red Institute

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cerita Pe-sensoran Itu

13 Juni 2014   06:03 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebuah kejadian yang benar-benar terjadi dalam sebuah masyarakat merupakan fakta sosial yang tak terbantahkan, fakta-fakta sosial inilah yang kemudian yang akan menjadi realita sosial dimana kejadia-kejadian tersebut begitu menarik sehingga dijadikanlah tontonan bagi masyarakat. Ada tontonan kesedihan., tontonan kebahagian, maupun tontonan kebodohan manusia sehingga menjadi bahan tertawaan yang mengocok perut.

Kebanyakan film berangkat dari fakta-fakta, kejadian-kejadian yang menarik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, dengan sedikit bumbu disana sini jadilah tontonan yang kemudian bisa saja menjadi pemicu keributan. Anda tentu ingat bagaimana film “Buruan Cium Gue” atau “I Love You Om” menjadi biang keributan. Padahal di filmnya sendiri tidak seseram judulnya, atau anda ingat bagaimana goyangan ngebor Inul membuat huru hara, padahal –meminjam istilah Cak Nun- pantat Inul itulah wajah sebenarnya manusia Indonesia, dengan arti bahwa sebenarnya goyangan Inul itu adalah sebuah fakta sosial dan mayoritas masyarakat menyukai tontonan seperti itu. Hal yang tak berbeda ketika dibandingkan film-film Indonesia. Adegan ranjang di film berbagi suami harus rela dipotong, ciuman antara Nicholas Saputra dan Wulan Guritno hanya tersisa sepersekian detik. Keagungan sebuah karya sedang dipertaruhkan.

Padahal dalam sudut sebuah mall seorang perempuan sedang dikulum bibirnya, tak seorangpun yang berteriak, diiringi oleh lantunan musih house tubuh sepasang manusia saling bergesekan, begitu vulgar, begitu tentram dalam dunianya sendiri. Tak terdengar hiruk pikuk mereka yang menggugat (terkecuali sewaktu menjelang bulan puasa saja) sebuah ironi terjadi didepan mata para pengkalim kebenaran ajaran tuhan.

Menolak sebuah realita atau fakta sosial adalah warisan zaman orde baru, yang harus ditonton adalah yang baik-baik saja, yang indah-indah, yang bagus-bagus sehingga kejadian nyata yang tengah terjadi dalam masyarakat tidak banyak yang mengetahui., Apa yang dialami oleh masyarakat Porong, Sidoarjo tidak banyak diketahui oleh rakyat di Papua begitu juga penderitaan Ceriyati dan para korban human trafficking tidak diketahui oleh khalayak ramain, bisa diartikan hal tersebut merupakan penutupan akses informasi yang merupakan hak setiap orang untuk memperolehnya, dalam hal ini lembaga sensor bisa dikatakan telah melanggar hak asasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun