Mohon tunggu...
Aprin Mayangsari
Aprin Mayangsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlanngga

individu yang senang membaca dan menuliskan hasil imajinasi dan analisisnya dalam sembuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan dan Kesehatan Masyarakat: Aspek Budaya Menghambat Tenaga Kesehatan Masyarakat?

24 Juni 2022   00:07 Diperbarui: 24 Juni 2022   00:27 4792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, banyak dukun bayi yang pendidikannya hanya sampai sekolah menengah atas (SMA) atau bahkan hanya lulusan sekolah dasar (SD). Kondisi tersebut ditakutkan malah memperburuk keadaan ibu dan keadaan bayi yang dilahirkan karena minimnya pengetahuan terkait kesehatan ibu dan bayi. 

Selain itu, biasanya dukun bayi menolong persalinan tanpa memperhatikan keamanan, kebersihan, dan mekanisme persalinan sebagaimana mestinya, sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi yang bisa berakibat kematian.

Ketiga tradisi tersebut hingga saat ini masih dilakukan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya sosial-budaya, ekonomi, dan pengetahuan. 

Kebudayaan yang diwariskan turun temurun memunculkan kepercayaan yang sangat diyakini keberadaannya hingga saat ini, misalnya pada Tradisi Marapi yang diyakini sebagai obat agar ibu yang baru saja melahirkan cepat pulih kembali. Selain itu, masyarakat setempat juga meyakini bahwa adanya Marapi memberikan manfaat bagi mereka, khususnya pada ibu yang baru melahirkan. 

Kemudian, jika dilihat dari segi ekonomi, pendapatan individu sangat mempengaruhi kemampuan individu dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, dukun bayi tidak memasang harga atas jasa yang mereka berikan. Mereka menerima berapapun uang yang diberikan oleh ibu penerima jasa. 

Sehingga hal ini lebih menarik minat masyarakat untuk menggunakan dukun bayi dibandingkan menggunakan pelayanan tenaga kesehatan. Faktor ketiga, yakni minimnya pendidikan akan sangat mempengaruhi individu dalam mengambil tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya pendidikan dari ibu hamil akan menyebabkan ibu mengikuti seluruh kegiatan adat istiadat di daerahnya tanpa memikirkan dampak negatif yang ditimbulkan dari kebudayaan itu sendiri.

Tradisi muncul karena kepercayaan dan adat turun temurun yang berasal dari kebudayaan orang-orang terdahulu. Kebudayaan kemudian merubah perilaku dan pandangan masyarakat dalam semua aspek kehidupan termasuk masalah kesehatan. Hal ini karena kebudayaan dapat membentuk suatu kebiasaan dan respon kesehatan dan penyakit dalam masyarakat. Sehingga untuk merubah cara pandang yang muncul dari kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah.

Oleh karena itu, sebagai seorang tenaga kesehatan perlulah kita memperhatikan aspek kebudayaan untuk bisa mempromosikan kesehatan. Suatu kebudayaan yang telah lama melekat, tidak mungkin bisa langsung dihilangkan. Sehingga yang bisa dilakukan adalah melakukan upaya perubahan perilaku masyarakat untuk meminimalisir munculnya masalah kesehatan. 

Hal tersebut bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan dinas kesehatan atau puskesmas terdekat agar bisa memaksimalkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi. 

Selanjutnya melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada ibu, suami, orang tua, mertua, dan masyarakat setempat, melalui istilah-istilah dan cara-cara yang mudah dicerna oleh mereka. Selain itu, menjelaskan juga tentang  proses terjadinya suatu penyakit dan meluruskan kebudayaan yang dianut serta hubungannya dengan kesehatan.

Selain beberapa cara tersebut, mendekati para tetua atau tokoh masyarakat juga sangat perlu dilakukan. Hal ini karena masyarakat setempat cenderung lebih mempercayai tetua mereka dalam menerima suatu pemahaman yang baru bagi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun