Mohon tunggu...
Aprisal AlNahli
Aprisal AlNahli Mohon Tunggu... Guru - Sahabat Pengabdi

Penggiat Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wajah Pendidikan di Pelosok saat Pandemi Covid-19

3 Mei 2020   21:36 Diperbarui: 3 Mei 2020   22:34 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"HARDIKNAS 2020, KAMU di RUMAH SAJA BIAR PAK GURU YANG DATANG"

Pandemi virus corona (Covid-19) hampir menghantam seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Covid-19 menyentuh kesemua dimensi kehidupan. Tak hanya mempengaruhi dari segi perekonomian tapi juga dari segi pendidikan tak luput dari masalah ini. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah (pusat sampai daerah) untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. 

Tak terkecuali di bidang pendidikan. Melalui komando Bapak Mendikbud, Nadiem Makarim, mengambil kebijakan kepada seluruh penyelenggara pendidikan untuk mengalihkan proses pembelajaran dari sekolah ke rumah [dirumahkan] termasuk meniadakan secara tiba-tiba pelaksanaan USBN-UN untuk jenjang SD-SMA. 

Untuk sementara waktu seluruh proses pembelajaran tak ada tatap muka di ruang kelas diganti dengan pembelajaran jarak jauh. Semua kegiatan tatap muka dihentikan dengan tujuan untuk mencegah resiko penularan wabah penyakit tersebut.

Proses pembelajaran di sekolah digantikan dengan proses pembelajaran dunia maya, memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran daring (dalam jaringan) dan atau bisa mengikuti pembelajaran melalui saluran/chanel TV yang telah ditentukan waktunya. Kebijakan itu tentunya kita perlu mensupport atas upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk tetap memperhatikan kebutuhan belajar generasi penerus bangsa ditengah pandemi C-19.

Namun dilain sisi metode belajar daring belum sepenuhnya memberikan solusi untuk menjangkau seluruh peserta didik yang tersebar di pelosok nusantara. Masih terdapat ribuan anak-anak kita yang belum beruntung untuk mengakses pembelajaran daring tersebut terutama bagi mereka yang berada di pelosok tertinggal. 

Negeri kita adalah negeri kepulauan yang masih banyak belum tersentuh pembangunan infrastruktur yang cukup memadai dan tergolong maju. Sebutlah misalnya, tidak semua daerah memiliki akses internet dan listrik. 

Dan belum lagi tidak semua peserta didik memiliki taraf perekonomian yang sama sehingga sangat kecil memungkinkan untuk memiliki HP berbasis android ataupun memiliki TV di rumahnya. Dengan demikian maka proses pembalajaran daring tidak bisa tersentuh sampai lapisan bawah. Jangankan memiliki HP atau TV, untuk menyambung hidup sehari-hari saja mereka kewalahan.
*****

Lantas apa yang perlu dilakukan agar hak-hak pendidikan anak pelosok tetap berjalan?

Untuk jangka pendek agar generasi/peserta didik tetap mendapat pelayanan pendidikan, maka tak ada pilihan lain yang bisa dilakukan oleh guru saat pandemi C-19 selain melakukan kunjungan ke rumah-rumah peserta didik.

Meskipun [mungkin] cara ini telah melanggar prinsip stay home selama pandemi masih berlangsung. Tapi mau bagaimana lagi, hanya dengan cara itu kami yang berada di pelosok bisa memastikan hak-hak pendidikan peserta didik tetap berlangsung. 

Itupun tak berlangsung maksimal mengingat jarak dari rumah ke rumah sangat berjarak dan belum lagi kondisi geografis dibatasi antara bukit dan bukit belum lagi ketika yang bersangkutan sedang berada di ladang/kebun tentunya kami tak bisa saling berjumpa. Namun dengan sistem kunjungan tersebut, tentunya kita berharap agar proses pembelajaran tetap berlangsung meski jauh dari kata maksimal.

Selain jangka pendek, tentunya perlu dipikirkan untuk jangka panjang, pemerintah wajib hadir untuk memikirkan kesetaraan hak-hak setiap warganya termasuk pemenuhan pendidikan dan pembangunan infrastruktur yang dapat memopang berjalannya dunia pendidikan dalam kondisi apapun. Pendidikan wajib tetap berlangsung bagi setiap rakyat Indonesia tak terkecuali yang berada di pedalaman.
*****

Proses pembelajaran kunjungan dari rumah ke rumah sedang berlangsung dilaksanakan oleh guru-guru yang mengabdi di pelosok terpencil tanpa jaringan (meski tak setiap hari) sejak dikeluarkannya aturan pembelajaran sekolah dialihkan ke rumah. 

Pembelajaran dari rumah ke rumah tentunya sangat menguras energi bahkan menantang resiko/maut. Sudah sepatutnya pemerintah/pemangku kebijakan pendidikan disetiap daerah memberikan apresiasi kepada seluruh guru yang telah melakukan proses pembelajaran dengan sistem kunjungan dari rumah ke rumah. 

Pemberian apresiasi kepada guru yang melaksanakan tugas dari rumah ke rumah tak perlu mewah cukup dengan memberikan apresiasi penyederhanaan administrasi. Tak perlu lagi dituntut administrasi macam-macam yang memberatkan guru. Cukuplah para guru menjalani medan yang begitu berat saat melakukan kunjungan pembelajaran.

Dr. Daoed Joesoef (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1978-1983) pernah mengatakan seperti ini;

"Tidak gampang untuk bisa mengatakan apa yang membuat suatu bangsa kokoh dan maju. Namun, mudah sekali untuk mengatakan kapan bangsa ini mulai goyah eksistensinya, yaitu bila generasi yang sedang berkuasa melalaikan pendidikan generasi penerusnya, melalui pelecehan terhadap kinerja pengabdi nomor satu dibidang pendidikan, yaitu GURU"
******

Ada hal yang menarik dibalik kunjungan pembelajaran. Salah satu orang tua siswa mengatakan seperti ini;

"Pak Guru, kapan nyungga (kita/kami) bisa merasakan kemajuan kemerdekaan agar anak-anak kami juga bisa belajar dengan nyaman seperti anak-anak di perkotaan pada umumnya yang memiliki fasilitas pendidikan dan infrastruktur yang serba ada, kapan anak-anak kami bisa merasakan itu? Kapan kami bisa merasakan alat penerang listrik agar anak-anak kami bisa belajar dengan nyaman saat malam gelap gulita".

Untuk saat sekarang, Bapak/Ibu jangan dulu memikirkan hal itu, Bapak/Ibu cukup mewaspadai [bahaya penyakit] penyebaran Covid-19. Jawabku dengan singkat [mungkin tak nyambung antara jawaban dengan pertanyaan]. 

Saya harus mengakui bahwa ini pertanyaan berat untuk kami jawab. Ini adalah pukulan berat bagi pemerintah bahwa ternyata Indonesia masih ada yang belum merasakan infrastrukur pembangunan dan sistem pendidikan kita belum siap untuk bertarung dalam kondisi apapun.

"Pak Guru, kapan lagi ada kunjungan selanjutnya, kirim pesan [berkabar] saja kepada kami biar kami yang ke tempat tinggal [mess] Pak Guru untuk mengambil materi/tugas belajar, jangan lagi Pak Guru yang capek-capek datangi kami" pinta seorang siswa.
"Jangan, kamu di rumah saja biar Pak Guru yang datang". Ucapku.
*****
Sistem pendidikan sedang diuji ditengah pandemi C-19.

-SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL-

*beberapa gambar saya lampirkan saat kami melakukan kunjungan pembelajaran pandemi C-19.

Sumba Timur, 2 Mei 2020
Aprisal Al Nahli

#an #sahabatpengabdi #kom17men #ggd #luring #covid19 #indonesia #hardiknas2020 #wajahpendidikan #wajahindonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun