2. Menenangkan keributan siswa di dalam kelas metodenya "Tegas salah, lembut juga salah".
3. Bahasa yang saya gunakan adalah Bahasa Indonesia baku. Ketika saya mengajar dan sedang serius, tingkat bahasa yang terlontar seolah-olah asing di telinga mereka karena sehari-hari tidak dipergunakan. Seperti "Nah, ini disebut sebagai pelesapan" atau contoh kata lainnya: dogma, lembayung, konservatif, dll. Rupanya, setelah saya tanyakan ke guru senior, mereka lebih paham kata sisipan. Meskipun saya menjelaskannya berulang kali.
Dan ragam lainnya dengan 1001 varian mengejutkan setiap hari.
Jadi guru itu sulit dan siswa itu rumit. Terasa menyenangkan ketika sama-sama belajar memahami, menghargai, dan mencari cara supaya ruangan kelas yang sepi dapat hidup kembali.
Kilas balik satu tahun mengajar adalah TIDAK BERHENTI BELAJAR. Tidak mampu? Maka, cari tahu. Hal paling hebat adalah paling utama penerimaan diri dan menikmati perjalanannya~
Nondik bisa jadi guru. Tidak harus mampu dulu, tapi punya tekad untuk membawa baharu. Pola pikir nondik memang sangat jauh berbeda dengan ranah kependidikan, akan tetapi rasa penasarannya akan sesuatu menjadikannya punya tempat tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H