Mohon tunggu...
Rissa AprilyaCandraningrum
Rissa AprilyaCandraningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Pariwisata

Mahasiswa yang tertarik dengan isu pariwisata dan lingkungan, keberlanjutan pariwisata, dan manajemen pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

MotoGP Mandalika 2022: Konstruksi atau Destruksi?

28 April 2022   23:57 Diperbarui: 29 April 2022   00:31 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Event olahraga besar Indonesia yang menarik perhatian hampir seluruh lini masyarakat, MotoGP Mandalika 2022, berhasil dilaksanakan dengan sesi balapan terakhirnya pada tanggal 20 Maret 2022 lalu. Event yang meraup dana kurang lebih 2 triliun ini dianggap sukses membangkitkan kembali sektor parwisata Indonesia setelah 2 tahun vakum akibat Pandemi Covid-19.

MotoGP adalah seri kejuaraan balap motor paling bergengsi di dunia. Kehadiran Indonesia sebagai salah satu penyelenggaranya menyulut semangat dan antusiasme masyarakat Indonesia hingga para pembalap yang berpartisipasi di dalamnya. 

Tak heran jika setiap detail event ini selalu diperhatikan. Mulai dari aksesibilitas, kebersihan, hingga infrastruktur yang ada, termasuk lintasan dari sirkuit ini sendiri yang cukup menantang para kontestan saat berlaga.

Mandalika dikatakan sebagai sirkuit terbaik di dunia. Bahkan, mengalahkan posisi Sirkuit Sepang di Malaysia yang sebelumnya menyabet predikat sirkuit terbaik di dunia. Dengan posisi seperti ini pemerintah menargetkan akan balik modal sebesar 500 miliar, sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, dalam siaran pers event ini.

Walaupun begitu, disamping maraknya pembicaraan mengenai event MotoGP di Mandalika ini, yang menjadi sorotan utama hanyalah dampak ekonominya saja. Tak banyak media dan masyarakat yang menyorot dampak sosial dan lingkungan yang ada. Padahal, dibalik sisi terang yang diagung-agungkan masyarakat dan pemerintah pasti terdapat sisi gelap yang perlu kita beri atensi lebih dalam.

Konstruksi?

MotoGP Mandalika membawa dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi Lombok terutama Desa Kuta sebgaai pusat atraksi sirkuit. Jika dilihat dari posisi Indonesia yang sangat terdampak akibat adanya Pandemi Covid-19, tak heran bahwa dampak ekonomi yang ada terlihat sangat signifikan dan menjadi sumber kebangkitan, terutama di bidang pariwsiata.

Bidang yang paling banyak terdampak saat pandemi justru bangkit dengan signifikan akibat terlaksananya event ini. 

Menurut data yang dipaparkan oleh Kemenparekraf pada siaran pers 28 Maret 2022 lalu, 50 persen tamu yang menginap di Sarhunta (Sarana Hunian Pariwisata) adalah penonton MotoGP. Bahkan, 17,6 persen diantaranya melakukan pemesanan melalui travel agent. Hal ini menjadi bukti bahwa eksistensi event besar ini memang membangkitkan pariwisata Indonesia yang sebelumnya telah mati.

Selain itu, infrastruktur yang dibangun sebagai pelengkap aksesibilitas menuju lokasi sirkuit juga berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat. Pembangunan ini justru menjadi titik penguat ekonomi Mandalika.

 Terbukti, setelah adanya pembangunan dan terlaksananya event ini banyak UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) masyarakat yang turut berkembang dan kena imbas dari event ini. Dapat dikatakan inilah titik start dari kemajuan ekonomi Mandalika dan sekitarnya.

Namun, jika kita lihat kembali pembangunan yang hanya terpusat di Mandalika juga perlu kita soroti. Pembangunan terpusat seperti ini dapat memicu adanya hegemoni Mandalika sebagai pusat atraksi. 

Yang dimaksud sebagai hegemoni disini adalah Kota Mandalika akan cenderung lebih menonjol atau dominan pembangunannya daripada daerah lain yang membuat daerah lain cenderung lebih tertinggal. Hal ini dapat menciptakan kecemburuan dalam masyarakat dan pemusatan ekonomi yang tidak merata di setiap daerah yang tentu saja berujung kembali ke masalah pemerataan.

Destruksi?

Dibalik sorotan ekonomi terus-menerus, terdapat banyak dampak sosial bagi masyarakat yang tergusur akibat pembangunan sirkuit Mandalika. Dilansir dari laporan Kompas.com, banyak masyarakat tergusur yang merasa kurang adil dalam hal ganti rugi finansial yang diberikan kepada mereka. 

Hal ini karena dampak yang mereka rasakan tidak hanya dampak fisik berupa kehilangan aset rumah tempat tinggal, tetapi juga dampak mental atau psikis yang turut terguncang akibat penggusuran ini.

Mereka harus meninggalkan banyak memori dari rumah yang sudah sejak dahulu mereka tinggali. Bahkan, beberapa dari mereka mendapatkan ganti rugi yang mereka rasa tidak setimpal. Beberapa masyarakat memilih tetap bertahan walaupun pembangunan proyek sirkuit ini sudah dilakukan. 

Hal ini perlu lebih diperhatikan di setiap pembanguanan yang melibatkan penngambil alihan lahan masyarakat. Namun, sayangnya, sisi inilah yang justru krisis atensi dari pemerintah dan masyarakat.

Jadi, apakah MotoGP Mandalika sebuah Destruksi atau Konstruksi?

Menurut penulis, memang dampak ekonomi yang ditimbulkan dari adanya event ini bukan hanya berdampak pada Mandalika saja tetapi juga seluruh daerah di Indonesia, terutama di bidang pariwisata yang sempat mati. Selain itu, eksistensi dari adanya event ini juga berdampak terhadap peningkatan branding dan image positif Indonesia di mata dunia.

Walaupun begitu, kita juga perlu menyoroti dampak tersmbunyi dari adanya pembangunan infrastruktur event ini yang hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat di daerah tersebut. Minoritas bukan berarti tak digagas. Justru minoritaslah yang perlu mendapat atensi lebih keras terutama dari pemerintah itu sendiri. 

Hal ini perlu menjadi evaluasi bagi pembangunan yang akan dilakukan pemerintah kedepannya agar lebih memerhatikan masyarakat itu sendiri. Bagaimanapun juga, Indonesia adalah negara hukum, semua hal diatur dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat tanpa terkecuali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun