Mohon tunggu...
Aprillia Tri Wardhani
Aprillia Tri Wardhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1- Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Memiliki minat mendalam di bidang kesehatan, mampu bekerja sama dengan tim, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

FOMO vs Mindfulness: Tetap Waras di Tengah Hingar Bingar Dunia Digital

3 Oktober 2024   08:35 Diperbarui: 3 Oktober 2024   08:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman serba digital seperti sekarang ini, informasi datang dari segala arah. Media sosial sudah menjadi bagian dari hidup kita. Pagi-pagi, buka mata, yang dicari pertama kali adalah handphone. Lihat notifikasi, scroll Instagram, TikTok, Twitter dan di situ kita bisa langsung merasa ketinggalan. Di timeline, kita melihat teman-teman pergi liburan, mencoba makanan baru, atau menghadiri acara-acara seru, ada yang berhasil mencapai sesuatu yang tampak “wah”.Sementara kita merasa terjebak dengan rutinitas sehari-hari. Akibatnya, muncul kecemasan seperti ada yang kurang dalam hidup kita. Dari sinilah FOMO atau Fear of Missing Out muncul. Rasa takut ketinggalan inilah yang membuat banyak dari kita merasa cemas, seolah hidup kita kurang seru dibandingkan orang lain.

Di tengah kecemasan ini, muncul tren "Mindfulness" atau kesadaran penuh cara untuk melatih diri fokus pada momen saat ini, menikmati apa yang ada di depan mata, dan tidak terlalu terpengaruh oleh hiruk-pikuk dunia luar. Mindfulness dianggap bisa jadi solusi untuk mengatasi kecemasan, termasuk FOMO. Tapi, pertanyaannya, apakah mindfulness benar-benar bisa jadi solusi untuk mengatasi kecemasan yang datang dari dunia digital ini?

Apa Sih, FOMO Itu?

FOMO adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan perasaan takut ketinggalan sesuatu yang menyenangkan atau penting. Biasanya, perasaan ini muncul ketika kita melihat orang lain melakukan hal-hal yang kelihatannya seru, sementara kita merasa stuck di tempat kita sendiri. Misalnya, ketika kita lihat teman-teman posting foto di pantai, sementara kita masih sibuk dengan pekerjaan atau kegiatan rutin sehari-hari. Kita jadi merasa iri dan cemas karena berpikir seharusnya kita juga bisa ikut menikmati momen serupa.

Ilustrasi FOMO. (Sumber: news.tokocrypto.com)
Ilustrasi FOMO. (Sumber: news.tokocrypto.com)

FOMO ini sering kali diperburuk oleh media sosial. Karena di media sosial, kita membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, tanpa kita sadari. Padahal, yang kita lihat di medsos itu hanya potongan-potongan terbaik dari hidup mereka, bukan keseluruhan cerita.

Yang kita tidak lihat adalah masalah atau kegagalan mereka. Ini membuat kita merasa bahwa hidup kita tertinggal, padahal kenyataannya, semua orang punya tantangan masing-masing.

Mindfulness: Apa Hubungannya dengan FOMO?

Mindfulness mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang sedang kita lakukan dan alami saat ini, tanpa memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan.

Ini tentang hidup di momen sekarang, dengan penuh kesadaran. Saat kita mempraktikkan mindfulness, kita diajak untuk lebih menghargai hal-hal kecil di sekitar kita misalnya menikmati secangkir kopi pagi dengan sepenuhnya, tanpa terburu-buru mengecek ponsel.

Di sinilah mindfulness bisa jadi solusi untuk FOMO. Ketika kita lebih sadar dan hadir di momen saat ini, kita tidak lagi terlalu peduli dengan apa yang dilakukan orang lain. Kita jadi lebih fokus pada diri sendiri dan apa yang bisa kita nikmati saat ini, daripada mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin kita lewatkan.

Apakah Mindfulness Benar-Benar Solusi untuk FOMO?

Meskipun mindfulness terdengar seperti jawaban yang sempurna untuk mengatasi FOMO, namun hal ini tidak serta-merta menghilangkan kecemasan digital begitu saja.

Memang, dengan lebih sadar pada momen sekarang, kita bisa mengurangi rasa takut ketinggalan sesuatu. Namun, masalahnya, dalam dunia digital, kita sering tergoda untuk kembali terjebak pada kebiasaan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun