Mohon tunggu...
Aprillia Mauren Pariama
Aprillia Mauren Pariama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Owner Angkringan Legend

Sedang menuju usia kepala tiga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Queen of Our Kingdom

23 Desember 2022   00:20 Diperbarui: 23 Desember 2022   00:21 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Queen of our kingdom, I called her "Mama"...

Kali ini aku ingin berbagi kisah mengenai mamaku yang luar biasa hebat..

Semua Ibu di luar sana sungguh hebat, Ibuku salah satunya.

Salatiga, Jumat 16 Desember 2022 jam 06.35 WIB aku masih dibaluti bedcover kesayangan saat handphone ku bergetar, dengan mode malas aku mengecek Hp yang tak terlalu jauh dari kasurku.. Tertera nama "Mamaku" muncul di layar Hp, sebelum menangkat aku berpikir sejenak "ada apa mama menelpon pagi ini?" belum sempat aku menjawab, deringan itu terhenti, "sial belum terjawab" gumamku kesal pada diriku sendiri. Aku segera menelpon balik, tak butuh banyak deringan langsung disambut suara lemas diujung sana.. Aku panik, "ada apa?" pikirku.. 

"hallo ma, kenapa?" 

"kaka, mama sakit mama tidak kuat"

"maa, kenapa? sakit apa? maag-nya kambuh lagi?" tanyaku cemas 

ya, mamaku sudah terbiasa dengan sakit maag yang entah kapan mulainya, sungguh anak yang jahat dan tidak perhatian aku ini..

"kaka" mamaku hanya menyebutkan satu kata saja sambil menangis

aku terdiam, sambil berpikir keras harus berbuat apa.

Mamaku tinggal bersama adik bungsu di kampung halamanku, Seram Bagian Barat, Maluku sekitar 2.034 km dari lokasi ku saat ini.

Ya, sudah hampir 11 tahun aku tinggal terpisah dengan Mama. 

"Mama, kaka sambung telefon ke Usi dan Bung ya" tanyaku mencoba membuat situasi lebih baik. Tanpa menunggu ia menjawab, aku langsung menghubungkan panggilan video untuk kaka tertuaku dan adik laki-lakiku.

Kami semua terdiam saat telefon sudah terhubung.. Rupanya mereka sudah tahu kalau mama sedang sakit, "sial aku terlambat lagi dasar anak durhaka aku ini" pikirku. 

"Ma, sudah makan?" Aku mencoba memulai percakapan di tengah keheningan itu

"belum, rasanya tidak enak untuk makan kaka" jawab mama pelan

ahhh aku ingin sekali menangis, aku benar-benar khawatir.. Usia mama sudah 56 tahun, apakah ini proses menuju penuaan? aku benar-benar panik dan pusing dengan pikiranku sendiri. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kakak dan adik-ku karena mereka masih saja terdiam.

"Ma, ke rumah sakit ya" kataku mencoba tetap membuat suasana mencair

"ah tidak usah, kalau masuk rumah sakit siapa yang menjaga, Ini Sancie juga sakit?" 

Adik bungsuku juga sakit? Hatiku semakin sakit mendengar kalimat itu, Aku tak bisa apa-apa. Jarakku yang jauh membuat aku tidak berhak mengatur situasi yang tepat untuk mamaku, sungguh tidak berguna. 

"oke, mama sebelum sakit, mama makan apa, apa gula-nya sudah dicek?" Tanyaku mencoba lebih tenang

"sudahlah kaka, tidak usah khawatir kita mengobrol saja, Bung gimana kuliahnya?" Adik laki-lakiku yang biasa dipanggil Bung memang sedang menuntut ilmu di Kota Hati Beriman, ia sedang tinggal bersamaku saat ini. 

"aman, mama kenapa sakit lagi? perasaan kemarin-kemarin sudah membaik kenapa sekarang sakit lagi?" Suara bung tampak sangat khawatir. Selama ini saat aku dan kakak tertuaku merantau, Bung dan si bungsulah yang menjaga mama. 

Bung dan mama saling mengobrol sedangkan aku larut dalam pikiranku sendiri..


Papaku sudah meninggal 4 tahun lalu, saat ini hanya mamalah yang berjuang mengurus kami baik dari segi finansial maupun mendengar keluh kesah kami selama berjuang di tanah rantau. Selama ini mama tidak pernah mengeluh apalagi tampak selemah  ini, 

Tidak terbayang rasa sakit apa yang dialaminya hingga mama tak berdaya dihadapan kami. 

Saat aku sedang larut dengan pikiranku sendiri tiba-tiba mama menyapaku..

"kaka, gimana bisninisnya? Lancar? nanti mama kirim ya untuk nambah kebutuhan warungnya kaka" mama kembali memikirkanku

"lancar ma" jawabku pelan, ah di tengah kondisinya yang melemah mama masih memikirkan aku dan perjuanganku, aku memalingkan wajah dari layar hp dan menangis. Mamaku luar biasa, ia masih mau berusaha menyenangkan anak-anaknya. Aku masih menangis pelan sambil mendengar mama menanyakan kondisi kaka tertuaku dan anaknya, menyuruh si bungsu untuk segera meminum obat dan menyampaikan akan segera mengirimkan uang kuliah untuk adik laki-lakiku.

Bahkan saat melemahpun ia tetap berusaha selalu ada untuk anak-anaknya. 

"mama sudah mulai enakan nih, kayaknya memang hanya butuh dengar suara kalian.. kalianlah kekuatan mama sering-seringlah menelpon" ia melanjutkan dengan kalimat yang tak terduga, bukan hanya itu suaranyapun terdengar penuh energi.. Ia berusaha menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Wah sungguh upaya yang besar..

Aku tau, mamaku sedang tidak baik-baik saja, ia punya dua luka yang entah kapan muncul akibat kadar gula darah yang terlalu tinggi.

Aku tau, mamaku sedang berjuang melawan kesepian karena ditinggal suami tercintanya 4 tahun lalu dan juga anak-anak yang sedang merantau.

Aku tau, mamaku sedang sedih karena tubuhnya melemah, anak bungsunya sakit dan tiga anaknya sedang berjuang di tanah rantau. 

Aku tau, mamaku sedang berusaha menutupi sakit perut, kembung, mual dan lemas akibat asam lambungnya yang meningkat. 

Dan aku sadar, dalam kondisi lemahnya-pun mamaku sedang berusaha untuk memenuhi kebutuhan kami.. Mamaku tetap berusaha untuk menjaga agar penghuni kerajaannya selalu sejahtera, tidak khawatir dan tetap aman juga nyaman dalam menggapai mimpi.

Aku benar-benar mencintaimu, Mama.
Kiranya Tuhan memberikan kesehatan, dan umur yang panjang untukmu, Mama.


Selamat hari Ibu

Peluk cium dari anak-mu yang masih merepotkanmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun