Pemerintah Korsel memiliki peraturan yang jelas. Menu utama yang disediakan sebenarnya sederhana, seperti nasi, masakan berkuah, kimchi, dan dua atau tiga jenis lauk pendamping. Namun, agar siswa tidak bosan terkadang disediakan juga pilihan menu lain yang disesuaikan dengan selera anak-anak, seperti mi atau masakan barat.
Memangnya mi bergizi? Jangan khawatir, semua menu makanan yang diberikan untuk siswa sudah didasarkan oleh saran ahli gizi dan nutrisi yang ada di setiap sekolah.
Para orang tua siswa di Korsel juga tidak akan merasa cemas karena menu makanan di sekolah selalu dilaporkan kepada mereka. Selain itu, pencegahan terhadap keracunan makanan sudah dipersiapkan dengan matang.
Jangan samakan dengan Korsel dong! Mereka kan memang negara maju.
Justru karena Korsel merupakan Negara maju, kita bisa banyak belajar dari sana. Korsel bahkan menggelontorkan 7,53 triliun won atau lebih dari 83 triliun rupiah termasuk bahan makanan, biaya-biaya operasional, para staf dan ahli gizi, serta seluruh perlengkapan dan fasilitas yang diberikan pada 2022.
Berbeda dengan Korsel, Indonesia saat ini masih belum ada ketentuan jelas tentang menu apa saja yang harus ada atau tidak, serta berapa macam masakan yang wajib disediakan dalam PMBG. Itulah kenapa masih ada sekolah yang mendapat menu 'enak' tetapi ada juga sekolah yang mendapat menu 'kurang sedap' dan 'seadanya'.
Jadi, kembali lagi, jangan salahkan selera anak yang bermacam-macam dan langsung memvonis mereka sebagai anak yang tidak pandai bersyukur.
Anak yang kurang suka masakan PMBG barang kali karena tidak tersedianya ahli gizi dan nutrisi yang dilibatkan. Hal ini menyebabkan masakan yang dibuat asal-asalan dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi serta alergi setiap siswa.
Pemerintah dan pihak sekolah juga perlu berikan jaminan kepada orang tua agar tidak cemas dengan makanan yang dikonsumsi anak mereka di sekolah. Jangan malah dilarang untuk mendokumentasikan menu yang mereka dapat.