Mohon tunggu...
Aprili Kurnia Fatmawati
Aprili Kurnia Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

-

Selanjutnya

Tutup

Diary

Satu Semester yang Mengesankan

28 April 2021   18:27 Diperbarui: 28 April 2021   19:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa semester dua akan segera berakhir. Hal ini berarti sudah dua semester saya menjadi mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, rasanya waktu berlalu begitu cepat. Pada semester dua ini saya berjumpa dengan mata kuliah kewarganegaraan dengan Pak Edi Purwanto, M.Si sebagai dosen pengampu. Saya mempelajari banyak hal baru pada mata kuliah ini. Berbagai hal menarik pun juga saya dapatkan, termasuk metode pembelajaran yang baru dan menarik menurut saya. Oleh karena itu, artikel ini adalah artikel terakhir saya pada mata kuliah kewarganegaraan di semester dua ini, diharapkan untuk kedepannya saya tidak berhenti menulis dan akan terus menerbitkan tulisan-tulisan yang bermanfaat bagi pembaca. Pada artikel ini saya akan menuliskan tentang evaluasi pembelajaran dan juga pesan kesan selama satu semester.

Metode pembelajaran yang diterapkan pada kelas kewarganegaraan ini adalah learning by doing, yang artinya belajar dengan melakukan. Kita belajar dengan melakukan sesuatu hal yang belum kita ketahui sebelumnya, dan dengan melakukan sesuatu hal ini kita menjadi tahu. Hal tersebut adalah wawancara, mengamati lingkungan sekitar, memikirkan opini berdasarkan data-data tentang suatu kasus peristiwa, lalu menuliskannya dalam sebuah artikel. Dengan metode ini, mahasiswa akan lebih kritis dalam melihat dan menilai sesuatu. 

Selain itu juga menggunakan metode belajar dari lingkungan sekitar karena masih banyak yang tidak kita ketahui tentang lingkungan sekitar kita, terdapat banyak ilmu pengetahuan yang dapat kita gali melalui narasumber pada lingkungan sekitar. Menurut saya kedua metode tersebut efektif, mahasiswa dituntut untuk belajar dengan melakukan suatu hal pada lingkungan sekitar. Dan sebenarnya bukan hanya perihal teori saja tetapi juga tentang praktek langsung di lapangan, karena setelah lulus kuliah nanti yang diharapkan adalah, kita dapat berkontribusi untuk lingkungan sekitar demi menjadikan negara Indonesia yang lebih maju, serta menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, mengingat peran mahasiswa sebagai agent of change.

Dari metode pembelajaran yang diterapkan selama satu semester ini, terdapat hal-hal yang menarik dan mengesankan bagi saya selama proses pembelajaran berlangsung. Ketika dituntut untuk melakukan wawancara sebagai bahan artikel yang akan dituliskan dan dipublikasikan, secara tidak langsung saya dipaksa untuk berinteraksi lebih dalam dengan masyarakat sekitar yang menjadi narasumber. Padahal sebelumnya saya memiliki rasa takut untuk memulai interaksi sehingga sangat sedikit berinteraksi dengan masyarakat sekitar. 

Namun, saya melihat hal ini sebagai sebuah tantangan dan sarana untuk mengembangkan diri serta menumbuhkan potensi dalam diri. Pada awal melakukan wawancara, memang rasa takut itu masih ada, apalagi ketika berbicara perihal agama, saya sangat takut jika salah dalam berbicara. Saat itu saya juga masih belum bisa untuk mengembangkan topik pembicaraan dan cenderung bergantung pada pertanyaan-pertanyaan yang sebelumya sudah saya tuliskan pada selembar kertas.

Namun, setelah beberapa kali melakukan wawancara dengan narasumber yang berbeda dan dengan topik pembicaraan yang berbeda pula, saya mulai terbiasa berinteraksi lebih dalam dengan orang lain, saya sudah bisa mengembangkan topik pembicaraan dan sudah tidak bergantung pada pertanyaan-pertanyaan yang saya tuliskan sebelumnya, bahkan saya hanya butuh catatan kecil saja. Saya merasa bahwa berinteraksi dengan orang lain merupakan hal yang menyenangkan sehingga saya lebih percaya diri untuk melakukannya. Saya dapat belajar banyak hal yang memang benar-benar terjadi di lapangan, bukan hanya belajar teori saja. Selain itu saya juga dapat mengembangkan kemampuan dalam berbahasa dan juga berinteraksi dengan orang yang lebih tua.

Setelah itu, hasil wawancara digunakan sebagai bahan untuk menuliskan artikel. Dalam menuliskan artikel, saya tidak merasa kesulitan karena menulis merupakan salah satu hobi saya. Namun, dengan menuliskan artikel rutin setiap pekan pada mata kuliah kewarganegaraan ini, menjadi sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan menulis. Setelah tulisan jadi dan diupload di blog, link akan dipublikasikan di media sosial agar tulisan artikel tersebut dapat menjadi konsumsi publik. 

Awalnya saya merasa tidak percaya diri dengan artikel yang sudah saya tulis sehingga takut untuk mempublikasikannya, saya takut mendapat kritikan dari publik karena merasa tulisan saya masih terlalu jelek untuk menjadi konsumsi publik. Namun, saya menyadari bahwa kritik dan saran membangun itulah yang nantinya akan membantu saya untuk memperbaiki tulisan tersebut, sehingga kemampuan menulis saya juga akan berkembang dan meningkat. Pada akhirnya saya memberanikan diri untuk mempublikasikan artikel yang saya tulis.

Metode pembelajaran yang digunakan selama satu semester ini menurut saya sudah efektif, kedepannya bisa diterapkan kembali metode belajar dari lingkungan sekitar semacam ini. Lalu, agar pembelajaran kedepannya bisa lebih baik lagi, bisa ditunjang dengan diskusi rutin pada setiap pertemuan, agar antara mahasiswa dengan mahasiswa maupun dosen dengan mahasiswa dapat bertukar pemikiran dan opini. Topik pada diskusi tersebut dapat berupa topik artikel yang dituliskan pekan itu, atau mengenai kejadian peristiwa yang sedang trending di Indonesia. Dengan demikian mahasiswa akan memiliki wawasan yang lebih luas dan terbuka terhadap pemikiran orang lain. Selain itu juga dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi public speaking.

Dengan demikian, seperti inilah yang dinamakan belajar, yaitu mempelajari dan melakukan sesuatu dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dengan metode pembelajaran yang tepat semacam ini akan sangat berguna dan berpengaruh bagi mahasiswa untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Seperti kemampuan menulis yang nantinya dibutuhkan pada saat menuliskan skripsi, maupun kemampuan berinteraksi dengan orang lain yang tentunya sangat dibutuhkan bagi manusia sebagai makhluk sosial. 

Oleh karena itu, mata kuliah kewarganegaraan yang berjalan selama satu semester ini sangat mengesankan bagi saya, karena secara tidak langsung telah menuntut dan membuat saya untuk keluar dari zona nyaman, sehingga membawa perkembangan ke arah yang positif. Berbekal ilmu yang telah didapatkan selama satu semester ini, kedepannya saya akan mengembangkannya dengan terus berlatih. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan, Pak Edi Purwanto, M.Si yang telah mengajarkan hal baru kepada kami pada mata kuliah kewarganegaraan kelas C. Ilmu yang kami dapatkan selama satu semester ini insyaAllah akan berguna dan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun