Hidroponik adalah salah satu metode dalam pertanian. Metode ini masuk dalam kategori urban farming. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hidroponik adalah bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, dengan menggunakan medium air berisi zat hara. Metode tanam hidroponik saat ini cukup menjadi primadona dalam dunia pertanian.
Hidroponik cocok diterapkan di semua tempat. Tempat yang kurang maupun berlimpah air dapat menjadikan hidroponik sebagai opsi metode pertanian.
Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten memiliki potensi air yang berlimpah. Air yang berlimpah di Desa Gempol ini dapat dimanfaatkan untuk pertanian hidroponik.
Potensi air yang berlimpah di desa tersebut pun tak luput dari observasi kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam Program GIAT 10 bersama Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM Unnes. Observasi potensi ini kemudian diwujudkan dalam sebuah program kerja.
Kelompok Unnes GIAT 10 di Desa Gempol pada Rabu (15/1/2025) melakukan penyuluhan dan pengoperasionalan hidroponik di Balai Desa Gempol. Pengoperasionalan hidroponik diawali dengan merangkai rangka hidroponik. Setelah itu, instalasi atau rangka hidroponik ditempatkan di tempat yang telah ditentukan dan disepakati, yakni Balai Desa.
Kegiatan selanjutnya adalah penyuluhan program yang ditujukan kepada Perangkat Desa Gempol. Penyuluhan yang dilaksanakan meliputi sistem pengairan hidroponik, takaran pemberian nutrisi, perawatan hidroponik, dan masa panen sayur hidroponik. Kegiatan penyuluhan tersebut dipandu oleh Nuzulul Khikam, mahasiswa Unnes GIAT 10, dari Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif.
“Saya berharap para audiens bisa mencobanya di rumah, karena metode penanaman hidroponik mudah mampu menghasilkan sayur dengan kualitas tinggi dan minim perawatan,” ucap Nuzulul.
Program yang bertajuk “Sosialisasi Pemanfaatan Hidroponik untuk Mencegah Stunting” tersebut, memuat manfaat sayuran hijau untuk mencegah stunting. Harapannya, sayur-sayur hijau yang ditanam menggunakan media hidroponik dapat digunakan sebagai media untuk mencegah stunting. Sehingga, keberlanjutan dari hidroponik ini memiliki kebermanfaatan untuk program anti-stunting.
“Penanaman dengan cara hidroponik dapat menjadi salah satu upaya dalam penanganan stunting. Hidroponik dapat membantu mengatasi stunting dengan meningkatkan asupan sayuran dan kualitas gizi,” tutur Bayu, Perangkat Desa Gempol.
“Hal ini dikarenakan penanaman dengan sistem hidroponik tidak begitu banyak memerlukan lahan yang luas. Bahkan, hidroponik dapat dilakukan di halaman rumah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan sosial masyarakat, dengan cara memasarkan hasil dari hidroponik tersebut,” lanjutnya.
Penyuluhan mengenai sayur hijau pencegah stunting pun sesuai dengan bibit sayur yang telah ditanam di media hidroponik Unnes GIAT 10, yakni selada yang tinggi kandungan folat, kangkung yang mengandung vitamin A, dan sawi yang tinggi akan zat besi. Nutrisi-nutrisi dalam sayur-mayur tersebut sangat dibutuhkan oleh ibu yang sedang mengandung. Dengan demikian, sosialisasi mengenai sayur hijau tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemasangan poster mengenai sayur hijau yang dapat mencegah stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H