Mohon tunggu...
Aprilia Sari Yudha
Aprilia Sari Yudha Mohon Tunggu... Guru - Hasbunallah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berikan Pujian kepada Anak Secara Tepat dan Efektif

13 Oktober 2019   11:19 Diperbarui: 13 Oktober 2019   11:29 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah bunda..
Pernahkah kita memuji anak kita baik secara langsung maupun tidak? Pastinya pernah dong.

"Anak ayah ganteng banget.."
"Iiiihh, cantik nya anak bunda.."

Dan pujian lainnya yang disematkan pada anak kita.

Namun ternyata pujian terhadap anak itu dapat menimbulkan bahaya loh ayah bunda. Bahaya apakah itu? Lantas bagaimana cara memuji anak secara tepat dan efektif?
Ayah bunda kalau kita bicara masalah bullying atau label negatif lainnya,  seperti:

"Kamu jelek!"
"Kamu bodoh dan pemalas"


Kita pasti sudah tahu dan setidaknya mama dan membayangkan apa dampaknya bagi anak. dampaknya bisa membuat harga diri rendah diri dan bisa membuat konsep diri anak tidak terbentuk. Dan pastinya ada banyak hal yang dapat kita bayangkan apa saja dampak-dampak lainnya yang ditimbulkan dari pemberian label-label negatif di atas.

Namun ayah bunda, menariknya adalah ketika kita memuji itu ternyata bisa berbahaya dampaknya bagi diri anak-anak kita. Kenapa dan dampak apa saja yang akan terjadi? 

Bisa membuat anak merasa tinggi hati.
"Wooooo, anak bunda pinter sekali yaaa.."
Dengan begitu seorang anak yang selalu pintar dan selalu merasa tinggi hati ketika melihat orang-orang yang ada di kelasnya sendiri dan menganggap orang itu berada dibawah dia. Jadi anak merendahkan orang lain dan ini sangat berbahaya sekali ya. 

Memuji tanpa tahu caranya, anak akan rapuh.
Rapuh seperti apa yang dimaksud?
Bisa kita lihat contohnya di sekitar kita, ada anak yang tipenya tidak pernah gagal sekalipun. Selalu mendapat rangking satu dari SD sampai SMA, hingga tiba saatnya masuk kuliah, ia tidak masuk di perguruan tinggi negeri yang dituju diharapkan. "Praakk!". Patah hati anak itu.
Dia tidak terbiasa dengan kegagalan, bahkan tidak tahu caranya untuk bangkit.

Padahal jika kita bisa ambil hikmah dari kisah kegagalan yang dialami Nabi Adam as, dimana pada masa itu Nabi Adam telah melakukan kesalahan karena gagal mentaati perintah Allah. Dan Nabi Adam as menyikapi hal tersebut dengan baik (dengan menerima konsekuensi dan bertaubat kepada Allah SWT). Jadi Nabi Adam as adalah sosok yang berhasil dalam menyikapi kegagalan nya.

Sebaliknya iblis, sebelum diciptakannya nabi Adam dan manusia selama bertahun-tahun lamanya ia sangat taat kepada Allah. Namun ketika diciptakan Nabi Adam as dan Allah perintahkan malaikat dan iblis untuk bersujud padanya, iblis tidak mau ia bertanya-tanya "selama ini aku apa?". Karena selama ini iblis selalu berhasil, kemudian disikapi dengan tinggi hati, maka iblis adalah sosok yang gagal dalam menyikapi keberhasilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun