Mohon tunggu...
aprilia rahayu
aprilia rahayu Mohon Tunggu... -

belajar di IAIN Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Si Jenius yang Sulit Membaca

24 Desember 2014   14:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pasti tahu Thomas Alva Edison, ilmuwan jenius penemu bola lampu listrik. Namun tidak banyak yang tahu bahwa beliau pernah dianggap sebagai anak bodoh di sekolah karena kesulitannya dalam membaca dan berhitung. Ia diduga mengidap disleksia. Disleksia adalah gangguan  kemampuan membaca, yaitu kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan seharusnya, dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikannya. Pada kasus Thomas Alva Edison, kemampuan menulis yang seharusnya sudah dikuasai di usia sekolah dasar, baru dikuasainya di usia sembilan belas tahun.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal.

Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.

Disleksia bukanlah sebuah kekurangan, bahkan bisa dikatakan hal istimewa yang dimiki oleh seorang anak karen tidak dimiliki oleh anak-anak pada umumnya. Tidak perlu berkecil hati jika si anak dianggap sebagai anak bodoh yang akan sulit untuk sukses. Karena kenyataannya si kecil tidak sendirian, ada Thomas Alva Edison, Eisntein, Leonardo da Vinci, hingga Tom Cruise yang notabene adalah orang-orang sukses yang besar bersama learning difficulties seperti disleksia. Yang perlu diberikan oleh orang tua adalah terus membangun kepercayaan diri si kecil serta tidak fokus pada kelemahannya namun berupaya mengembangkan potensinya yang lain. Beberapa kegiatan  orang tua yang dapat membantu terapi bagi anak dengan disleksia adalah membacakan buku dan membantu saat si kecil hendak membaca sendiri, belajar bersama dan bantu ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah, dan pastikan suasana belajar menyenangkan.

Jadi jangan remehkan penderita disleksia. karena kemungkinan besar mereka akan lebih cerdas bahkan lebih jenius dari kita. Subhanallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun