Mohon tunggu...
Aprilia PutriPermata
Aprilia PutriPermata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai hal-hal dunia kesehatan dan kecantikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tabir Surya Hanya Diperlukan Saat Keluar Rumah?

26 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2023   18:10 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, suhu dan cuaca panas sedang melanda beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum mencapai 37,2°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada tanggal 17 April 2023.  Hal ini semakin berdampak pada kulit masyarakat Indonesia yang mudah terpapar sinar matahari secara terus menerus.

Sinar matahari mempunyai manfaat untuk manusia karena mengandung vitamin D alami yang baik untuk menjaga kesehatan kulit dan tulang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sinar matahari membantu mengatasi berbagai masalah kulit seperti psoriasis, jerawat, eksim, dan infeksi jamur. Pasalnya, vitamin D memiliki sifat antimikroba dan anti inflamasi sehingga paparan yang cukup mampu meringankan berbagai masalah kulit yang sudah disebutkan. Namun, disamping itu terdapat dampak negatif dari radikal bebas sinar ultraviolet matahari yang menyebabkan kerusakan pada kulit, seperti kemerahan pada kulit, rasa terbakar, sampai dapat menyebabkan kanker kulit.


Dikutip dari laman BMKG, sinar ultraviolet berada pada pita gelombang 100 - 400 nm. Terdapat 3 jenis sinar UV, yaitu UV A (315 - 400 nm), UV B (280 - 325 nm) ,dan UV C (100 - 280 nm). Pada saat memasuki atmosfer, hampir seluruh UV C akan tertahan pada lapisan ozon dan 90 % UV B akan diserap oleh ozon, uap air, dan gas lain yang ada di atmosfer. Adapun UV A sebagian besar dapat mencapai permukaan bumi. Dengan demikian, dari total sinar ultraviolet yang dikandung radiasi matahari saat sampai permukaan bumi adalah UV A (90-99%) dengan sedikit UV B. Dari ketiga jenis sinar ultraviolet tersebut, masing – masing memiliki ciri- ciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda- beda terhadap kulit. Sinar UV A dapat menyebabkan penuaan dan kerutan, sedangkan sinar UV B dapat memberikan kesan terbakar dan kemerahan pada kulit. Sinar matahari di siang dan sore hari sangat riskan untuk merusak kulit.


Kulit mempunyai sistem perlindungan alami yaitu lapisan melanin. Semakin cokelat warna kulit maka semakin tebal lapisan melanin pada kulit sehingga memberi perlindungan lebih banyak bagi kulit. Oleh karena itu, semakin putih kulit seseorang, semakin rentan terhadap radiasi ultraviolet. Mengingat bahaya dari radiasi ultraviolet matahari, maka kulit perlu dilindungi meski tubuh telah menyediakan sistem perlindungan alami.


Tabir surya atau sunscreen sangat diperlukan untuk membantu melindungi kulit dari paparan radiasi sinar UV. Namun, sangat disayangkan kesadaran masyarakat Indonesia dalam penggunaan tabir surya masih sangat rendah, yaitu sekitar 2% saja. Mereka cenderung melindungi kulit secara fisik saja dengan cara menggunakan payung, berjalan di tempat teduh, menutupi wajah, dan memakai baju tertutup. Tak sedikit yang berpikiran bahwa penggunaan tabir surya hanya diperlukan ketika keluar rumah saja. Faktanya, 90% sinar UV dapat menembus awan dan UV A dapat menembus kaca jendela sehingga berada di tempat teduh atau di dalam ruangan bukan berarti kulit tidak memerlukan perlindungan dari sinar UV. Jadi, meski cuaca mendung, hujan, atau berada di tempat teduh, perlindungan kulit harus tetap dilakukan.


Diperlukan kecermatan dalam pemilihan tabir surya sesuai jenis dan kondisi kulit. Untuk kulit kering, hindari penggunaan tabir surya berbentuk spray atau gel karena biasanya memiliki kandungan alkohol. Sebaiknya memilih yang bertekstur krim dan memiliki kandungan glycerin atau pelembab lainnya. Untuk kulit berminyak dan acne prone skin sebaiknya memilih tabir surya yang berbahan dasar air, memiliki label klaim non-comedogenic, dan oil-free formula. Untuk kulit sensitif sebaiknya memilih tabir surya yang mengandung titanium oksida. Titanium dioksida berfungsi menjadi perlindungan matahari langsung dan merupakan mineral alami yang memiliki kemampuan memantulkan radiasi sinar UV. Selain itu, seberapa baiknya tabir surya bekerja pada kulit bukan bergantung pada harganya, tetapi bagaimana seseorang secara rutin mengaplikasikannya kembali sebanyak 3–4 kali dalam sehari.


Dengan demikian, diperlukan kesadaran masyarakat Indonesia terkait penggunaan tabir surya dalam keseharian supaya mencegah berbagai macam kerusakan kulit. Memang dampak dari tidak menggunakan tabir surya tidak tampak di waktu sekarang, tetapi akan berdampak di masa tua. Penggunaan tabir surya pun tidak memandang gender. Pria juga harus sadar pentingnya melindungi kulit dengan menggunakan tabir surya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun