"Memang sudah biasa kan sebelumnya kami memanh bertugas di ruang isolasi juga "airbone" misalnya khusus TB Paru cuma kan saat ini beda yang kami tangani COVID-19," terangnya.
Penulis mencoba menggali lebih dalam lagi, dan akhirnya ia menuturkan kisah-kisah perjuangan dan menjadi pengalaman berharga ketika merawat pasien COVID-19.
Satu diantaranya adalah kesulitan dan tidak biasanya ketika harus mengenakan pakaian APD bagaikan baju astronot sebagaimana yang sering kita lihat di layar televisi.
"Menggunakan baju APD yang cukup berat dan berlapis sehingga harus penuh ketelitian dan kehati-hatian ketika menggunakannya.
"Karena menggunakan baju APD harus berhati-hati benar memakainya karena berat dan panas. Berbeda biasanya kalau kita tugas pakai baju biasa kan lebih enak memakainya," katanya.
Selain itu dirinya juga sering merasakan haus namun tidak bisa minum karena sedang berada dalam ruangan tersebut dan menggunakan baju alat pelindung diri yang lengkap.
Sampai-sampai ketika mau buang air kecil juga kesulitan sehingga terpakasa harus menahannya selama empat jam.
"Kadang terkencing di celana saja soalnya mau gimana lagi," ujarnya terpingkal.
Mereka bertugas saling bergantian dalam merawat pasien COVID-19 selama empat jam dan selama itu pula mereka tidak bisa makan, minum, buang air kecil bahkan semua gerak terbatas dan fokus merawat serta menjaga pasien saja.
"Ya memang benar itu kami tidak makan dan tidak minum selama empat jam," imbunya.
Namun dirinya sangat bersyukur bahwa rata-rata pasien ODP, PDP dan positif COVID-19 yang sedang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit tersebut cukup kooperatif.