Mohon tunggu...
Aprilia Nur Indah Sari
Aprilia Nur Indah Sari Mohon Tunggu... -

Natural sajaa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Transformasi Gerakan Peduli Laut Indonesia

6 Mei 2014   08:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

21 April 1995 rasa syukur terbesar karena Tuhan memilih Indonesia sebagai tempat dimana saya harus memulai perjalanan hidup untuk melihat indahnya dunia. Sempat terbesit pertanyaan “Kenapa harus Indonesia bukan Amerika, London atau Jepang dan kenapa harus dimulai diantara masyarakat pesisir dan kembali dituntun menuju bidang kelautan?”.  Sebuah senandung  ciptaan band Legendaris Koes Plus dalam artikel Agustin Capriati (14/5) menjawab pertanyaan dari kebijakan sang kuasa ini. Senandung “Kolam Susu” menceritakan betapa melimpahnya sumberdaya Indonesia dengan berbagai kreatifitas masyarakat yang mampu mengolah kekayaan alam yang ada.

Tanpa banyak disadari bahwa dengan luasnya lautan Indonesia tersebut, Indonesia memiliki beragam biota laut yang menarik.  Tidak hanya sebagai kenikmatan sumber pasokan kehidupan, tetapi kekayaan dan keragaman biota laut Indonesia mampu menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

Pulau- pulau seperti Raja Ampat, Lombok, Bali, Papua dan lain sebagainya, mungkin cukup terkenal ditelinga kita untuk menunjukkan betapa Indahnya kekayaan yang dimiliki Indonesia. Pantai Kuta Lombok yang masih jarang terjamah wisatawan mampu menghipnotis dengan kemilau pasir putih disekeliling pantainya dengan diringi hembusan ombak serta pemandangan indah disebrang pulau. Selain itu Pantai Tanah Lot di Bali dengan tebing- tebing desekeliling pantai serta budaya leluhur yang masih kental menambah nilai cirri khas kekayaan alam dan budaya Indonesia. Selain pantai tersebut terdapat Raja Ampat dengan lautnya yang terkenal terdapat sedikitnya 537 spesies koral dan juga 699 biota laut menambah nilai eksotis laut Indonesia.

Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkah kayu dan batu jadi tanaman”. Sebait lirik lagu sang Legendaris Koes Plus telah menyadarkan betapa Indah dan kayanya sumberdaya Indonesia. Apa yang kita butuhkan, alam Indonesia mampu menyediakannya.  Sebait senandung itulah yang menjadikan penguat diri untuk bangga berkata “Yah saya orang Indonesia dan saya bangga terlahir diantara orang pesisir lainnya”.

Mungkin sebagian besar masyarakat pesisir Indonesia lainnya memiliki pemikiran yang sama. Namun bagaimana kita mempertahankan pemikiran tersebut itulah yang menjadi pokok pembahasan permasalahan ini. Berdasarkan data studi lapang yang dilaksanakan oleh IPB tahun 2012 menjelaskan bahwa perairan Indonesia sedang dalam keadaan kritis. Hal ini ditunjukkan dari data studi lapang masalah sampah lautan musiman di perairan Selat Bali. Studi lapang ini menjelaskan bahwa Sampah lautan tersebut bertumpuk di pantai barat Pulau Bali selama musim barat. Jumlah sampah lautan dalam satu musim mencapai 5.400-8.400 meter kubik dengan plastik dan kayu merupakan tipe sampah lautan terbanyak.

Permasalahan ini tidak jauh dari factor ulah masyarakat egois yang tidak mampu menjaga lingkungan dengan cara membuang sampah ataupun limbah ke sungai. Sungai merupakan salah satu jalan yang menghubungkan ke laut. Pembuangan sampah ke sungai dapat berdampak buruk terhadap lingkungan laut bahkan dapat mengganggu ekosistem biota di laut. Dapat dipastikan jika hal ini dibiarkan maka laut Indonesia yang terkenal akan keindahannya akan menhilang dan terganti oleh lautan tumpukan sampah. Apakah dengan adanya dampak permasalahan ini mampu menetapkan pemikiran kita akan jargon kebanggan cinta laut Indonesia?

Beberapa solusi sebenarnya mampu kita laksanakan untuk mengurangi dampak mengerikan tersebut. Salah satunya dengan mencontoh kegiatan kelompok kecil bernama “Daur Ulang Sampah Plastik Gili Lestari” yang  didirikan tanngal 8 Mei 2014 dan dilaksankan mulai bulan Juni 2013 oleh para wanita pesisir Gilimanuk Bali. Hal yang menjadi spesial dari kelompok kecil ini adalah peran wanita yang mampu mengekspose skill kreatifitas mengolah sampah plastik menjadi barang berkomersil tinggi. Diawali dengan adanya kesadaran lingkungan oleh seorang wanita bernama Wahyuni Astuti selaku ketua kelompok kegiatan ini bersama ibu- ibu dikompleksnya melakukan kegiatan diwaktu senggang. Hal yang belum ia bayangkan sebelumnya dengan sedikit gerakan ternyata mampu menggugah hati bupati Jembrana Bali I Putu Artha untuk mengimplementasikan kegiatan ini di seluruh daerah Gilimanuk. Salah satu gerakan awal Putu Artha adalah menghimbau kepada seluruh masyarakat Gilimanuk untuk mengumpulkan segala macam sampah yang kemudian di berikan kembali kepada kelompok Daur Ulang Sampah Plastik Gili Lestari. Beberapa gambaran hasil karya “Daur Ulang Sampah Plastik Gili Lestari” dapat kita lihat pada gambar.

[caption id="attachment_334901" align="alignleft" width="150" caption="Anyaman tas berbahan bungkus plastik"][/caption]

[caption id="attachment_334902" align="alignleft" width="150" caption="Tas hasil daur ulang sampah"]

13993151051716452937
13993151051716452937
[/caption]

1399315291280925957
1399315291280925957
rajutan berbahan plastik

[caption id="attachment_334905" align="alignleft" width="150" caption="Sandal berbahan bungkus plastik"]

1399315331594819314
1399315331594819314
[/caption]

Disamping itu hasil kreatifitas kelompok kecil ini ternyata telah sampai hingga ke negeri yang terkenal akan menara effelnya yaitu Paris. Beberapa peminat tas hasil olahan sampah plastik kelompok kreatif tersebut memiliki peminat yang besar dari Negara Paris. Inilah bukti nyata dari kalimat “Sedikit gerakan kita mampu mempengaruhi lingkungan dimana kita berpijak”. Sekarang kembali kepada diri kita masing- masing apakah kita memilih melakukan gerakan yang salah atau benar. Saya yakin jika kegiatan kelompok kreatif pengolah sampah ini dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, laut Indonesia akan tetap bersih dan lestari dan jargon kebanggaan cinta laut Indonesia akan tetap berkumandang seantero Nusantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun