Sang guru tari dengan sabar mempraktikan setiap topeng dan karakter yang dibawakannya. Melalui gerak tubuh, intonasi suara, dan sorot mata, beliau memperkenalkan kami pada dunia tari Bali yang kaya dan penuh warna. Kami diminta untuk maju ke depan dan mencoba mengikuti beberapa gerakan dasar. Meski canggung pada awalnya, perasaan tersebut sirna ketika beberapa orang dari kami mulai beranjak dan ingin merasakan tarian bali langsung dari tempatnya. Saya dan yang lain mulai merasa nyaman dan terbawa suasana. Sorak sorai teman-teman menambah keceriaan, dan tak terasa, kami pun asyik tertawa melihat teman-teman mulai menari dan mengikuti gerakan sang guru. Di akhir sesi, kami diajak untuk menari kecak bersama. Rasanya merinding saat suara "cak cak cak" "cak cak pong cak cak ji" bergema di udara, dengan iringan gerakan tangan yang penuh ritme. Pengalaman ini membuat kami seakan larut dalam magis tari Bali yang mempesona.
Perjalanan kuliah lapangan ke Desa Wisata Batuan Bali ini memberi kami pengalaman yang tak terlupakan. Tidak hanya sekadar kunjungan wisata, tetapi juga pelajaran hidup yang mendalam. Kami tidak hanya belajar seni, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakan tari, setiap goresan lukisan, dan setiap bangunan suci yang berdiri di desa ini. Desa Batuan mengajarkan kami betapa kayanya warisan budaya Indonesia yang harus dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Melalui seni dan tradisi, Desa Batuan menyampaikan pesan bahwa identitas bangsa adalah harta yang harus dihargai dan dilestarikan. Kami kembali dengan hati yang penuh, merasa terinspirasi untuk terus belajar, menjaga, dan mempromosikan budaya Indonesia. Bagi siapa pun yang ingin merasakan pengalaman yang mendalam tentang kebudayaan Bali, Desa Batuan adalah salah satu destinasi yang tak boleh terlewatkan.
Website Informasi mengenai Desa Batuan :Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H