Mohon tunggu...
Aprilia Ferdiana
Aprilia Ferdiana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Menuliskan sesuatu yang semoga bisa menginspirasimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Titik Takut

7 Juli 2020   16:02 Diperbarui: 7 Juli 2020   15:58 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seringkali manusia berlayar dalam proses pencarian yang begitu panjang. Ada begitu banyak persimpangan dan persinggahan yang saling menunjukkan sisi baiknya. 

Niat hati ingin menghampiri namun logika menentang, cukup liat dari jarak yang pas dan amati dengan cerdas. Jika tak sesuai dengan apa-apa yang diinginkan untuk sampai pada tujuan, baiknya tinggalkan dan kembalilah berlayar.

Menginginkan berbagai macam hal tidaklah salah karena itu sudah menjadi bagian dari diri seseorang, seperti aku. Menjadi suatu hal yang baik apabila aku bisa memilih cara-cara yang benar dalam mencapainya, tentunya sesuai dengan nilai-nilai yang ingin kudapatkan dalam proses itu.

Sampai pada akhirnya aku berada di satu titik yang membuat hati berbicara. Ini yang selama ini kucari. Cara ini yang kuharapkan untuk membantuku menggapai mimpi.

Diri ini bahagia bisa menemukan apa yang benar-benar ingin ditemukan. Semesta telah meyakinkan, kata temu bukanlah sebuah semu yang halu. Setelah melewati hari itu, pelayaran dihentikan untuk menetap di titik yang diidamkan itu. Tumbuh sebuah kemantapan hati untuk mengadaptasi diri.

Namun ada kalanya sisi emosional lebih unggul daripada sisi rasional, menyebabkan rasa takut dan ragu dalam mengambil langkah-langkah sesuai rancangan awal. Beberapa hari kemudian api semangat mulai padam kala kusadari bahwa proses adaptasi tak semudah menginjakkan kaki. 

Muncul asumsi negatif yang menyerang pribadi, kau tak sanggup melakukannya, cara ini terlalu sulit, cari jalan lain yang aman saja, jangan ambil resiko. Itulah yang aku rasa, bukan dari logika. Seringkali logika memang benar terhadap suatu keyakinan, namun perasaan selalu memunculkan iba yang berlebihan.

Jeda panjang kulalui untuk mencari ketenangan. Mempertanyakan kembali apakah ini yang dicari, lalu kenapa setelah pelayaran yang panjang ini ingin berhenti. 

Tidak ingatkah diri ini dengan mimpi yang telah dirajut agar berdikari, tidak ingatkah pada rasa bahagia ketika pertama kali menemukannya, tidak ingatkah pada keyakinan yang awalnya begitu mengangan.

Semakin merenung, semakin sadar bahwa ini memang benar jalan yang ingin dilalui. Tapi, masalahnya ketika sudah ada kata jeda walau sejenak, rasa mager menyerang ketika ingin memulainya kembali.

Sudah tau arah yang dituju namun kaki rasanya menjadi kaku untuk diajak mlaku. Jiwa yang menginginkan perubahan memberontak, bertarung dengan jiwa pengecut yang menginginkan rasa aman semata. 

Aku sadar, adalah sebuah kemenangan ketika mampu memenangkan diri sendiri terlebih dahulu. Pada titik ini, kembali berdialog dengan Tuhan adalah sebaik-baiknya konsultasi terbaik, sebenar-benarnya pilihan yang diridhoi.

Itulah sebuah kisah dari seorang aku. Mungkin kamu juga pernah merasakan hal yang sama. Ketika dirimu dilanda dalam kelimbungan berbagai pilihan, impian yang semakin ingin direalisasikan, berusaha mewujudkannya dengan memilih jalan yang sejalan, namun ketika menemukannya, beradaptasi dengan sistemnya, menjalaninya dengan penuh usaha, tiba-tiba ada rasa ingin berhenti. 

Ragu, takut, lelah. Kemudian mempertanyakan apakah ini jalan yang akan mengantarkan pada impian. Titik takut, takut kalau-kalau ini tidak akan berhasil, membuang waktu saja, tersebab kau tau bahwa waktu adalah harta berharga yang tak akan bisa terulang.

Jika benar telah sampai pada titik ini, kita sama. Mungkin ini yang disebut ujian dalam sebuah proses. Tuhan sedang menguji keseriusan seorang hamba dalam perjuangan panjang ini. 

Diskusikan mimpi denganNya agar kita mendapatkan keyakinan tentang mana yang terbaik dan kekuatan untuk bertahan dalam setiap keadaan. Percayalah, masa-masa indah akan benar-benar ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun