Mohon tunggu...
Apriliya Wijayanti
Apriliya Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Senja, Purnama, dan Angkasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ayah dan Ibuku: Malaikat Tak Bersayap Penuh Cinta dan Kasih Sayang

27 November 2023   21:10 Diperbarui: 27 November 2023   21:17 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: 

Apriliya Wijayanti


Jika ada sebuah pertanyaan, siapa orang yang paling kalian kagumi? Bagaimana cara kalian menjawab?
Sudah pasti benar kalian akan berlomba-lomba menyebutkan berbagai tokoh, seperti idola, pahlawan, penulis, penyanyi, bahkan aktor dan aktris, tak jarang pula kalian menyebutkan seorang atlet. Tapi, sadarkan kalian jika sebenarnya orang yang paling kalian kagumi adalah orang tua. Ayah dan Ibu kita adalah sebuah pelita yang menerangi kita hingga saat ini. Tanpa adanya kasih sayang dari mereka, apa jadinya kehidupan di dunia ini?


Kasih sayang sepanjang masa yang penuh tanpa balasan tercurahkan oleh orang tua. Sebagai sosok yang paling dibutuhkan oleh anaknya, orang tua seakan berperilaku yang terbaik. Tapi, hal ini juga tidak menutup kemungkinan mereka keliru. Karena sejatinya, tidak ada orang yang berpengalaman menjadi orang tua. Semua orang di muka bumi ini merupakan orang tua yang baru saja berlatih. Jadi, mari bersama-sama untuk membantu peran orang tua kepada anaknya.


Ibu, malaikat tak bersayap yang selalu menyayangi kita adalah sebuah perempuan yang hebat. Perempuan yang memberikan seluruh tenaga, pikiran, bahkan nasihat yang berguna kepada kita adalah suatu hal anugerah. Ibu yang mengandung dan membesarkan kita tanpa mengharap balasan menjadikan kita pribadi yang tangguh. Pribadi yang mampu merasakan segala hal, mulai dari sedih hingga bahagia. Ibu yang selalu terlihat tegar, mungkin banyak menyimpan seribu satu cerita duka. Terima kasih, Ibu. Terima kasih sudah hadir dan menemaniku. Mari menuju kesuksesan bersama putri kecilmu yang mulai beranjak dewasa ini.


Ibu tak terbayang bagaimana rasanya diriku tanpamu. Semoga engkau selalu sehat hingga nanti. Semoga diri ini mampu membahagiakanmu, Ibu. Meski tak banyak yang bisa diberikan padamu, semoga kehadiranku menjadi kado terindah atas rasa dan jerih payah yang kau alami saat mengandung dan melahirkanku. Ibu aku menyayangimu!

Ayah, cinta pertamaku yang hingga saat ini masih memenuhi hatiku. Tak banyak waktu yang dihabiskan dengannya. Tapi kenangan saat kecil menjadi sebuah tiang penguat saat aku sedih. Yah, beginilah kehidupanku saat aku merasa sendiri. Hanya mampu tersenyum getir sambil membayangkan keindahan balon spongebob yang kau berikan saat itu. Mungkin aku tak akan pernah mengatakan ini, tapi jujur aku rindu sekali. Semoga nanti kita dapat berkumpul kembali. Menuju ridho-Nya hingga keabadian yang menyatukan kita menjadi sebuah keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun