Mohon tunggu...
Aprilia Anggraini
Aprilia Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Saya Aprilia, mahasiswi dari program studi Bimbingan dan Konseling Islam. Saya tertarik dengan segala hal yang bersifat sosial. Menulis adalah hobby baru saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanggapi Deretan Kasus Bunuh Diri Mahasiswa: Mendesaknya Perhatian Terhadap Kesehatan Mental

10 Juni 2024   17:30 Diperbarui: 10 Juni 2024   17:38 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta dengan inisial AZ (22) , ditemukan tewas diduga bunuh diri dengan cara gantung diri di kamar kosnya, Bantul, Yogyakarta pada 31/3/2024, Ahad malam.

Kasi Humas Polres Bantul AKP I Nengah Jeffry Prana Wijaya menyebutkan bahwa korban meninggal sekitar 2 hari yang lalu. Pihak kepolisian menemukan sebuah petunjuk di kamar mandi, berupa surat tulisan tangan korban yang berisi kekecewaan diputus pacar (Kompas.com, 9/06/2024).

Di Bandung, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Telkom University ditemukan tewas di kamar kosnya pada Minggu malam, 2/06/2024.

Direktur Sekretariat dan Perencanaan Strategis Telkom University, Anisah Firli, menyebutkan bahwa mahasiswa tersebut dinilai selalu berperilaku baik dan memiliki prestasi akademik yang bagus (Tempo.co, 9/06/2024).

Di Malang, seorang mahasiswa berinisial MAS (24) nekat mengakhiri hidup dengan menceburkan diri di aliran sungai Brantas pada Jumat, 6/01/2024.

Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menyebut bahwa korban tercatat sebagai mahasiswa aktif semester 9 di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Korban mengalami tekanan dan depresi akibat dari skripsi yang tak kunjung selesai (Detik.com, 9/06/2024).

Deretan kasus bunuh diri oleh mahasiswa diatas, tidak hanya merenggut potensi yang belum terwujud, tetapi juga menandakan kegagalan kita sebagai masyarakat dalam memberikan dukungan yang memadai bagi kesehatan mental.

Bagaimana kesehatan mental menurut WHO ?

WHO (The World Health Orgganization) mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.

Karakteristik mental yang sehat Menurut WHO:

  • Mampu belajar sesuatu dari pengalaman
  • Mampu beradaptasi
  • Lebih senang memberi daripada menerima
  • Lebih cenderung membantu daripada dibantu
  • Memiliki rasa kasih sayang
  • Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya
  • Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman
  • Selalu berpikir positif (positive thinking)

Faktor-faktor yang mungkin memicu kasus bunuh diri mahasiswa bisa bermacam-macam. Pertama-tama, tekanan akademik yang tinggi seringkali menjadi beban berat bagi mahasiswa. Mulai dari tuntutan untuk meraih prestasi akademik yang tinggi, tuntutan untuk lulus tepat waktu, ditambah lagi dengan ekspektasi yang diletakkan pada pundak mahasiswa seringkali melebihi kapasitas mereka untuk menghadapinya.

Namun, penting untuk dipahami bahwa kesehatan mental tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga faktor eksternal.Seperti kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas merupakan kendala serius bagi banyak mahasiswa di Indonesia. Fasilitas kesehatan mental yang terbatas dan kurangnya kesadaran akan pentingnya perawatan kesehatan mental dapat membuat mahasiswa merasa terjebak dalam lingkaran kegelapan tanpa jalan keluar.

Oleh karena itu, tanggapan terhadap krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa haruslah holistik dan terintegrasi. Pertama-tama, pendekatan pencegahan menjadi kunci. Pendidikan tentang kesehatan mental harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ini akan membantu menciptakan kesadaran sejak dini tentang pentingnya merawat kesehatan mental dan menghapus stigma negatif yang masih melekat pada topik ini.

Selain itu, perlu ditingkatkan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan mental terutama di lingkungan perguruan tinggi. Fasilitas konseling dan dukungan psikologis harus tersedia dan dengan mudah dijangkau oleh mahasiswa. Program-program dukungan emosional dan psikologis juga harus diperluas, termasuk kelompok-kelompok dukungan sesama dan layanan konseling online. Mahasiswa harus merasa didengar dan didukung dalam perjuangan mereka menghadapi tantangan mental selama proses perkuliahan.

Di samping upaya-upaya di tingkat institusi, pemerintah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam memperkuat sistem kesehatan mental di Indonesia. Investasi dalam fasilitas kesehatan jiwa, pelatihan untuk tenaga kesehatan, dan kampanye-kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental adalah langkah-langkah yang perlu diambil secara serius.

Dalam menghadapi deretan kasus bunuh diri mahasiswa di Indonesia, kita tidak boleh lagi mengesampingkan isu kesehatan mental sebagai sesuatu hal yang sepele atau tabu. Saatnya untuk berbicara secara terbuka, mendengarkan satu sama lain, dan bertindak untuk menciptakan perubahan yang positif. Kita berhak hidup dalam lingkungan yang mendukung, di mana setiap individu merasa dihargai, didengar dan didukung dalam perjuangan mereka untuk mencapai kesejahteraan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun