Mohon tunggu...
aprilia alua
aprilia alua Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa

petualang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lingkungan dan ISPA di Papua Pegunungan: Mengapa Rumah Honai Perlu Solusi Ventilasi?

9 September 2024   15:00 Diperbarui: 10 September 2024   16:13 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di daerah Papua Pegunungan. Kondisi geografis dan lingkungan yang khas, seperti udara dingin, tingginya kelembapan, serta terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan, memperparah dampak ISPA pada masyarakat. Rumah adat Honai, yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh suku-suku di Papua Pegunungan, turut berperan dalam masalah kesehatan ini. Meski rumah ini dirancang untuk bertahan di iklim pegunungan yang keras, minimnya ventilasi dapat memperburuk masalah pernapasan. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang tidak hanya menghormati kearifan lokal, tetapi juga memperbaiki kualitas udara dalam ruangan guna mencegah penyebaran ISPA.

Rumah Honai merupakan simbol budaya yang penting bagi masyarakat Papua Pegunungan. Dibangun dari kayu dan atap jerami, Honai berbentuk setengah bola dengan ukuran kecil, sehingga panas dapat terperangkap di dalamnya. Struktur rumah ini efektif untuk melindungi dari suhu dingin di malam hari, namun minimnya ventilasi menjadi masalah. Tanpa jendela atau sistem sirkulasi udara yang baik, rumah Honai tidak memungkinkan pertukaran udara segar. Akibatnya, polusi udara dalam ruangan meningkat, yang memperbesar risiko penularan ISPA. Kondisi ini diperparah ketika banyak anggota keluarga berkumpul di dalam ruangan sempit, terutama saat musim hujan.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan tahun 2023, prevalensi ISPA di Papua mencapai 15% dari total populasi, dengan daerah pegunungan sebagai salah satu yang memiliki angka tertinggi. Anak-anak dan balita menjadi kelompok yang paling terdampak, karena sistem imun mereka yang lebih rentan. Di banyak kasus, ISPA yang tidak segera ditangani berkembang menjadi pneumonia, yang berpotensi berakibat fatal. Masalah ini semakin sulit ditangani karena akses terbatas ke layanan kesehatan di wilayah pegunungan, dengan jarak antar pemukiman yang jauh dan sulit dijangkau (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2023).


Selain desain rumah, lingkungan di Papua Pegunungan juga memiliki peran signifikan dalam penyebaran ISPA. Udara yang dingin dan lembap memicu peningkatan risiko infeksi pernapasan, terutama ketika tubuh mengalami perubahan suhu drastis. Selain itu, kebiasaan memasak di dalam ruangan tanpa cerobong asap memperburuk kualitas udara di dalam rumah. Asap dari pembakaran kayu menghasilkan polutan berbahaya yang dapat memperparah kondisi pernapasan, termasuk ISPA. Kombinasi antara kondisi lingkungan, polusi udara dalam ruangan, dan ventilasi yang buruk menjadi penyebab utama tingginya angka ISPA di daerah ini.


Menangani ISPA di Papua Pegunungan memerlukan solusi komprehensif yang mencakup perbaikan rumah, peningkatan edukasi kesehatan, dan penguatan layanan kesehatan. Peningkatan Ventilasi rumah Honai dengan penambahan ventilasi yang sesuai dalam rumah Honai dapat membantu meningkatkan sirkulasi udara tanpa mengorbankan fungsinya sebagai penahan panas. Masyarakat setempat bisa diedukasi untuk membuat lubang ventilasi kecil di bagian atas dinding atau atap, sehingga udara segar dapat masuk tanpa menghilangkan kehangatan yang dibutuhkan. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, cuci tangan, dan penggunaan masker saat batuk atau pilek, sangat penting untuk mencegah penyebaran ISPA. Selain itu, program vaksinasi untuk anak-anak terhadap pneumonia dan influenza dapat mengurangi dampak penyakit ini. Pemerintah dan organisasi kesehatan harus secara aktif mendistribusikan vaksin di wilayah terpencil melalui klinik keliling. Pembangunan dan peningkatan fasilitas kesehatan di wilayah pegunungan harus menjadi prioritas. Penyediaan layanan kesehatan keliling, serta pelatihan tenaga medis lokal untuk penanganan ISPA yang cepat dan efektif, dapat membantu mengurangi angka kejadian penyakit ini. Program distribusi oksigen portable juga bisa dipertimbangkan untuk membantu pasien dengan gejala ISPA berat di daerah terpencil.


ISPA di Papua Pegunungan merupakan masalah kesehatan yang serius, terutama karena faktor lingkungan dan struktur rumah adat Honai yang tidak mendukung sirkulasi udara. Untuk menekan angka kejadian ISPA, solusi yang melibatkan perbaikan ventilasi rumah, edukasi kesehatan, vaksinasi, serta penguatan layanan kesehatan harus segera diimplementasikan. Dengan pendekatan yang tepat, kualitas hidup masyarakat Papua Pegunungan dapat meningkat, tanpa mengabaikan kearifan lokal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Referensi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2023.

Subagio, A. "Pengaruh Ventilasi Rumah Terhadap Kesehatan Masyarakat di Daerah Pegunungan". Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2023.

World Health Organization (WHO). Acute Respiratory Infections in Developing Countries. Geneva: WHO; 2022

Fitriyah, L. (2016). Hubungan Kualitas Debu & Ventilasi Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun