Media social saat itu digunakan oleh masyarakat Suriah sebagai ajang mempropagandakan kekacauan dan konflik, dimana fitnah dan ujar kebencian bermunculan dari media sosial. Seiring perjalanan gerakan di media social tersebut, kelompok ekstrem seperti Al-Qaeda dan ISIS menyusup. Â
Hingga akhirnya konflik mucul, pertumpahan darah terjadi di mana-mana. Semua orang mengharapkan memperebutkan kepentingannya dengan mengatasnamakan agama.
Lalu ada apa dibalik aksi bela Islam? Saat ini Indonesia sedang menghadapi tahun politik. Dimana pesta demokrasi akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang. Pemilihan Presiden dan wakil presiden menjadi agenda besar Negara kita tahun depan.Â
Aksi 212 ini mengatasnamakan agama demi kepentingan politik. Keutuhan umat muslim sudah selayaknya tidak dijadikan kambing hitam untuk merebut suatu kepentingan.Â
Dari beberapa berita yang saya baca di media, acara ini justru dijadikan oleh salah satu pihak untuk menarik simpati umat muslim. Memang islam merupakan Negara mayoritas dan isu agama merupakan suatu hal yang sangat sensitif. Saya rasa para pembaca paham bagaimana maksud dari tulisan saya kali ini.
Melihat dari banyaknya masa yang datang dalam aksi kemarin dan adanya salah satu kepentingan politik dibalik suksesnya aksi tersebut, mungkin bisa menjadi salah satu alasan mengapa kali ini saya menyampaikan keresahan dalam tulisan ini.Â
Dulunya sebelum konflik terjadi di Suriah masyarakat yang berhasil tersulut semangat dari revolusi di Turki dan Mesir ditambah adanya isu-isu negatif, fitnah dan ujar kebencian di media social melakukan aksi damai sebagai bentuk reaksi dari pihak oposisi Basar Al-asad.Â
Aksi tersebut kemudian ditunggangi oleh banyak kepentingan dari Negara lain hingga tersulutlah konflik dan timbullah perang saudara yang seharusnya tidak terjadi.Â
Bukan tidak mungkin hal serupa terjadi di Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam, masyarakat Indonesia yang majemuk dengan mayoritas Islam bukan tidak mungkin konflik serupa terjadi di Negara kita yang aman ini. Ketika semua pihak saling berebut kepentingan dengan mengatasnamakan agama.
Namun, kali ini saya tidak akan menyudutkan satu pihak. Mari kita buka pikiran kita, ke-Bhinekaan di Indonesia sudah seharusnya kita junjung tinggi. Sebagai Negara dengan dasar Pancasila sudah selayaknya kita bersatu dan menjunjung tinggi kepentingan negara di atas kepentingan lainnya. Mari kita mengambil pelajaran dari konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah.Â
Bagi orang yang berakal, mukmin sejati yang cinta kepada Allah, Rasulullah, tidak mungkin mereka memercikkan api konflik kepada negaranya. Dan mukmin sejati bisa mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak.Â