Everything is changing, segalanya berubah. Sebuah perubahan adalah hal yang pasti akan terjadi. Pagi berubah menjadi siang, siang pun berubah menjadi malam. Hidup kita pun berubah sejalan dengan umur yang bertambah. Usia bertambah dan angkanya pun berubah. Pola pikir juga perlahan ikut berubah. Ada yang berubah menjadi lebih baik ada pula yang berubah menjadi lebih buruk.
Contoh perubahan yang sangat cepat terjadi dalam hidup kita adalah perubahan teknologi.
Perubahan teknologi ini ibarat anak panah yang melesat cepat, bisa dengan tepat sasaran atau bisa juga salah sasaran.Â
Semua kembali pada perspektif masing-masing individu dalam menyikapi cepat dan canggihnya perubahan ini.Â
Salah satu bentuk teknologi yang sangat umum dan paling banyak dipakai adalah Smartphone atau telepon pintar.Â
Telepon yang dulunya hanya berfungsi untuk menelpon sekarang fungsinya sudah jauh lebih luas daripada itu. Seperti menonton film, berkirim pesan, bermain game, merekam video, memotret, dan masih banyak lagi fungsi lainnya.
Smartphone atau telepon pintar ini seperti dua mata pisau, bisa menguntungkan bisa pula merugikan.Â
Keuntungan dari kecanggihan teknologi smartphone adalah semua bisa dilakukan hanya dari genggaman tangan saja seperti menonton Youtube, berkirim pesan di applikasi WhatsApp, belajar atau rapat online dari Zoom, membuat desain, mengedit video, membeli saham, membuat rekening baru di bank, belanja, dan yang paling populer adalah bermain media sosial seperti Facebook, Instagram, Tiktok, dan Twitter.Â
Namun, di balik mudah dan canggihnya fasilitas telepon pintar tersebut ada pula kerugian yang ditimbulkan, seperti penipuan online, penyebaran video asusila, dan yang sering terjadi adalah hujatan ataupun hinaan (bully) yang sering ditujukan untuk publik figur atau orang yang bertentangan dengan jalan pikiran kita.
Jika dulu ada peribahasa "Mulutmu Harimaumu" yang artinya segala perkataan atau ucapan yang terlanjur diucapkan tanpa dipikirkan terlebih dahulu dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri. Maka, sekarang peribahasa itu sudah berganti dengan "Jarimu Harimaumu", yang artinya segala kalimat atau pernyataan yang ditulis di media sosial jika tidak dipikirkan lebih dulu nantinya akan merugikan orang lain atau diri sendiri.Â