Ramadan di tahun 2022 mempunyai kemilau cahayanya tersendiri, karena dalam dua tahun sebelumnya, Ramadan yang telah dilalui bersamaan dengan maraknya penyebaran pandemi Covid-19. Bulan yang penuh suci tersebut menjadi sarana untuk meningkatkan iman dan taqwa bagi umat Islam setelah melalui perjuangan dalam perjalanan panjang sebelas bulan kehidupan lainnya.
Terdapat limpahan keberkahan dalam bulan yang dinanti-nantikan oleh setiap individu yang merindukan bulan penuh kemuliaan tersebut. Salah satu hal identik yang membuat Ramadan menjadi bulan yang amat spesial yaitu adanya perintah wajib berpuasa bagi seorang Muslim yang memenuhi syarat wajib puasa.Â
Allah berfirman dalam Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183-184 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.".
Setelah satu bulan penuh berpuasa (dalam waktu 29 atau 30 hari sesuai dengan waktu yang disepakati oleh yang berwenang), umat Islam yang telah melalui bulan Ramadannya dengan penuh kesungguhan, akan mendapati kemenangan pada hari raya kemenangan, Idulfitri yang jatuh tepat pada tanggal 1 Syawal.Â
Memaknai Kemenangan, tentu tidak bisa dilepaskan dari proses perjuangan untuk meraih kemenangan yang diharapkan.Â
Bukan sekadar menahan lapar dan haus, bukan menahan diri dari aktivitas makan dan minum saja, tetapi segala aktivitas dalam bulan Ramadan bagi seorang Muslim, juga tidak lepas dari menahan hawa nafsu, selalu bersabar dalam setiap momen kehidupan yang ditemui, memaafkan segala sesuatu, bersyukur terhadap setiap nikmat yang diperoleh,
agar semua hal-hal tersebut menjadi penguat umat Islam dalam meningkatkan kualitas ibadah dan melengkapinya dengan menambah kuantitas ibadah Sunnah. Terlihat indah untuk dibayangkan, tetapi tentu membutuhkan perjuangan yang luar biasa bagi seorang insan untuk melakukannya secara konsisten terus menerus.Â
Hingga ketika Ramadan sudah bertemu Syawal, umat Islam diuji keimanannya agar dapat senantiasa menjaga hal-hal baik yang sudah dibangun secara konsisten selama bulan yang mulia, yaitu Ramadan agar tetap dapat dilaksanakan dan diterapkan selepas Ramadan.
Hari Idulfitri identik dengan romantika kebersamaan dengan orang-orang terkasih dan tersayang.Â
Setelah berjalannya pandemi dalam kurun waktu sekitar dua tahun, kini terlihat keramaian berbondong-bondong masyarakat yang merayakan lebaran, rela sepenuh hati melalui kemacetan, perjalanan panjang dan melelahkan, berpanas-panas ria atau bahkan berjuang menerjang hujan dan badai,Â
demi bertemu dengan keluarga terkasih dan tersayang di kampung halaman, setelah sebelas bulan sebelumnya -atau bahkan lebih-, berjuang keras mencari sumber penghidupan di tanah perantauan. Pulang kampung atau mudik menjadi hal istimewa yang dilakukan bagi para perantau pekerja keras. Betapa manisnya apabila indahnya kebersamaan tersebut dilalui dengan kilaunya kemenangan yang diraih pribadi.
Kemenangan sejatinya menimbulkan kebahagiaan dan kebanggaan yang harapannya dapat dihadapi dengan penuh kebijaksanaan sebagai individu yang lebih baik dari kemarin sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh sesama.
Apabila seseorang tergerak dan betul-betul berupaya semaksimal dan sebaik mungkin dalam mempertahankan segala perjuangan yang ditorehkan selama Ramadan, maka kemenangan berhasil didapatkan.
Sudahkah kita berhasil merindui kemenangan?
Bagaimana diri ini mampu merindui kemenangan, apabila diri ini belum pernah meraihnya.
Apakah diri ini sudah berhasil meraih kemenangan?
Kemenangan hanya dapat dirindui bagi mereka yang telah meraihnya.
Semoga kita termasuk di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H