Mohon tunggu...
Aprilia sukmawati
Aprilia sukmawati Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

menyukai sastra dan abahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hukum Tumpul ke Atas Tajam ke Bawah: Teruslah Bodoh Jangan Pintar

22 Desember 2024   08:09 Diperbarui: 22 Desember 2024   08:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  

Tere Liye adalah nama pena yang digunakan oleh penulis bernama asli Darwis. Tere liye dikenal sebagai penulis yang mampu menciptakan karya-karya sastra yang mendalam dan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembaca. Tereliye memulai karir menulisnya di dunia literasi Indonesia sejak tahun 2001 dan sejak saat itu telah merilis berbagai novel yang meraih banyak penghargaan. Novel yang dituliskan oleh tere liye memiliki keunikan tersendiri yakni selalu Mengandung pesan kehidupan yang disampaikan dengan sederhana. Tulisannya yang sederhana membuat pembaca mampu ikut merasakan nyawa dalam setiap karyanya. Salah satu karya tere liye yang terbit tahun 2024 yaitu Teruslah Bodoh Jangan Pintar. Novel ini terbit pada penerbit PT. Sabak Grip Nusantara di Depok, Jawa Barat, novel yang berisi 371 halaman dengan nomer ISBN-9786238882205 ini sudah mencapai cetakan ke-3 pada februari 2024.

Novel ini mengisahkan perjuangan aktivis lingkungan yang berupaya menggagalkan izin konsesi perusahaan tambang multinasional, PT Semesta Mineral & Mining. Melalui serangkaian persidangan yang menegangkan, para aktivis menghadirkan saksi-saksi yang menceritakan dampak negatif aktivitas pertambangan terhadap masyarakat dan lingkungan. Berawal dari persidangan yang menghadirkan tokoh Ahmad yang menjadi saksi kejadian kolam berbahaya bekas pertambangan yang tidak direklamasi dan di tinggalkan begitu saja oleh Perusahaan tambang yang mengeruk habis kekayaan alam. Ahmad diminta oleh para aktivis lingkungan untuk menjadi saksi pertama atas persidangan dalam melawan perusahaan tersebut. Ahmad menceritakan semua kejadian yang di alaminya di desa yang membuat temannya badrun yang berbakat dalam bermain bola harus kehilangan nyawanya karena tenggelam di bekas pertambangan yang di tinggalkan begitu saja oleh PT Semesta Mineral & Mining. Tak ingin kalah dari persidangan tersebut, pemilik tambang yang Bernama Tuan Liem menyewa pengacara yang terkenal yakni Hotman Cornelius. Karena kecerdikan yang dimiliki pengacara tersebut ia berhasil memenangkan setiap sidang yang berlangsung.

Istilah "hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah" merupakan sindiran yang tepat untuk menggambarkan cerita pada novel ini. Dimana menggambarkan kecenderungan hukum yang lebih tajam terhadap masyarakat kelas bawah, sedangkan masyarakat kelas atas lebih mudah kabur dari hukum. Penindasan terhadap masyarakat umum tidak lagi dianggap sebagai tindakan kriminal karena dikeluarkan dengan dalih pembangunan dan kesejahteraan bersama. Orang kaya dapat memanipulasi hukum dan kekuasaan sesuai keinginan mereka. Pemerintah pun turut serta dalam mendukungnya dengan berbagai justifikasi. Selain itu, novel ini memiliki beberapa kritik sosial yang masih relevan dengan masa kini salah satunya pada kutipan "Juga sumbangan untuk masjid kampung. Bisa digunakan untuk keperluan pak kadus dan warga." Pekerja itu menyerahkan dua amplop tebal lainnya." (Tere Liye, 2024:26). Dari kutipan tersebut relevan dengan masa kini yang masih sering terjadi penyuapan guna memperlancar usaha tertentu.

Namun, dalam novel ini meyuguhkan beberapa bagian mengandung adegan kekerasan yang mungkin kurang cocok untuk pembaca sensitif.  Beberapa pembaca merasa bahwa bagian akhir cerita terasa terburu-buru dan kurang memuaskan. Teruslah Bodoh Jangan Pintar" adalah novel yang menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan melawan ketidakadilan. novel ini mengajak pembacanya untuk lebih peka terhadap masalah seperti suap, korupsi, pertambangan ilegal yang hanya menguntungkan pihak tertentu, pembungkaman kebebasan berpendapat, bisnis ilegal yang dibiarkan oleh pemerintah untuk mengambil keuntungan dari sumber daya alam, masalah tenaga kerja asing, perlindungan terhadap keselamatan pekerja, dan untuk tidak menormalisasi tindakan penyalahgunaan regulasi, serta mengingatkan pembaca bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kesederhanaan dan keberanian untuk melawan ketidakadilan. Dengan alur cerita yang menarik dan karakter yang kuat, novel ini layak dibaca oleh mereka yang peduli terhadap isu sosial dan lingkungan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun