Mohon tunggu...
April Hamsa
April Hamsa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger at https://keluargahamsa.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjalanan Sebotol Air Minum

18 Oktober 2018   20:28 Diperbarui: 9 November 2018   14:43 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Habiskan ya air minumnya!"

"Iya. Sayang banget kalau enggak dihabiskan. Perjalanannya jauh."

Begitulah percakapan saya dan seorang teman, sesama peserta Danone Blogger Academy 2018, sepulang dari Pabrik Aqua di Klaten. Kami sedang ngobrolin air minum dalam kemasan botol yang ada di tangan masing-masing.

Yup, setelah kunjungan yang kami lakukan pada tanggal 14 Oktober itu, saya dan teman-teman jadi tahu bahwa ternyata perjalanan air itu begitu jauh. Sebelum Si Air ini dikemas dalam wadah, ternyata dia berasal dari sumber mata air yang jauh di sana. Perjalanan air juga memakan waktu lama, mulai dari siklus hidrologinya, sampai perjalanannya mengalir dari hulu ke hilir. 

Bahkan, pada saat berada di Pabrik Aqua Klaten, saya mendapat informasi bahwa perjalanan si air dari hulu ke hilir, bisa memakan waktu 1500 tahun. Lama banget bukan? Ternyata usia Si Air ini lebih tua dari kita. Bahkan, bisa dikatakan kalau air yang telah diolah menjadi air mineral kemasan yang kita minum itu adalah "Air Purba".

Jadi, kalau teman-teman membeli atau mendapatkan sebotol air mineral kemasan, please, jangan disia-siakan yaaa. Habiskan sampai enggak tersisa lagi. Eman-eman, soalnya.

Proses produksi air minum

BTW, adakah teman-teman yang penasaran bagaimana proses produksi air mineral kemasan? Buat teman-teman yang penasaran, oke,saya mau cerita tentang proses produksinya ya.

Sebelumnya, saya mau cerita dulunih, teman-teman, kalau sumber mata air untuk produksi Aqua yang di Klaten itu lokasinya berada di luar pabrik. Jarak antara sumur sumber dengan pabrik kurang lebih sekitar 1,24 km. Air tersebut mengalir melalui pipa langsung dengan gravity flowdari sumur sumber ke pabrik. Jadi, bukan dengan cara diangkut pakai truk-truk tangki air yang sering kita lihat di jalan-jalan itu ya,hehe.  

Sampai pabrik, air tersebut kemudian masuk ke storage tank. Ketika akan diproduksi, air ini kemudian difilter dalam Cartridge Filter untuk difilter. Air yang telah terfilter kemudian akan dimasukkan ke dalam Ozone Mixing Chamber dan juga Ultra Violet (UV) supaya bisa mendapatkan air mineral sesuai dengan standar Danone (produsen Aqua).

Setelah mendapatkan air yang layak produksi, maka air tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Finished Product Tank. Air di dalam tangki inilah yang akan langsung masuk ke mesin filling untuk dimasukkan ke dalam kemasan-kemasan yang disediakan. Ada yang berbentuk gelas, botol, maupun galon.

Oh iya, khusus untuk kemasan botol, botol-botol tersebut asalnya dari biji botol, teman-teman. Biji botol tersebut kemudian diproses dalam mesin khusus yang bisa "meniup" si biji botol jadi bentuk botol yang sering kita lihat itu. Air yang sudah terfilter tadi kemudian masuk ke dalam botol-botol tersebut, kemudian botolnya ditutup, dan terakhir diberi label Aqua.

Sedangkan untuk kemasan air mineral yang berbentuk galon, sumbernya ada dua. Pertama, sama seperti biji-biji botol tadi, hanya bentuknya lebih besar, dan yang kedua dari galon bekas pakai. Meski bekas pakai, jangan khawatir karena Aqua selalu melakukan kontrol yang sangat ketat untuk galon-galon tersebut.

Galon-galon yang dinilai layak dipakai kembali kemudian dicuci dengan bilasan air, kemudian bilasan detergen, dan tak lupa disanitize. Pokoknya prosesnya minimal 32 kali pencucian, bahkan bisa lebih, tergantung mesinnya.

Duh, mendadak saya kok jadi teringat dengan depot-depot air isi ulang yang ada di sekitar rumah saya. Biasanya kondisi galon yang diisi ulang kan kayaknyajarang banget yang dibersihkan sedetail itu. Kira-kira bagaimana ya kelayakan air minumnya? Soalnya beda bangetdengan air minum kemasan bermerk, seperti Aqua, yang higienitas kemasannya pun juga diperhatikan.

Apalagi airnya. Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, sama seperti proses mengalirkan air dari sumur sumber ke pabrik, proses filterisasi, peniupan wadah/ kemasan, pengisian air, penutupan kemasan, dan labeling, juga enggak pakai tenaga manusia. Semuanya pakai tenaga mesin. Tenaga manusia hanya sebatas menjalankan dan mengawasi mesin-mesin tersebut.

Begitulah teman-teman cerita tentang bagaimana Si Air dalam wujud sebotol air mineral (salah satunya) akhirnya sampai ke tangan kita. Panjang ya prosesnya? :D

Jaga air kita

Sekalian mau cerita juga ah,masih berkaitan dengan "jangan menyia-nyiakan air dalam botol minummu", ternyata sumber air itu bisa kering lho. Biasanya hal tersebut disebabkan karena rusaknya area peresapan air di hulu.

Pertanyaannya sekarang, mengapa area peresapan air di hulu bisa rusak? Penyebabnya bermacam-macam sih,antara lain seperti:

-Bencana alam.

-Banyak pohon-pohon di hutan ditebangi.

-Cara menanam yang salah, dll.

Maka, teman-teman, sebagai masyarakat yang baik, sebaiknya jangan menebang hutan di area hulu. Supaya air hujan bisa terserap dengan baik sampai ke dalam, sehingga sumber mata air kita enggak kering.

Lalu bagaimana dengan area hulu yang sudah terlanjur rusak? Kalau sudah terlanjur terjadi, agar bisa mencegah kerusakannya menjadi tambah parah, bisa dilakukan konservasi sumber daya air. Sebagaimana yang telah dilakukan Aqua, yakni menanam tanaman seperti pohon mahoni, suren, sengon, dll di beberapa area untuk menjaga sumber mata air.

Sedangkan, yang mungkin kita sebagai masyarakat awam bisa lakukan adalah, please jangan mencemari lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Apalagi sampai membuangnya ke sungai.

Yuk, kita jaga air kita dengan cara:

-Jaga lingkungan kita.

-Pakai air sesuai kebutuhan.

Semoga artikel ini bisa memberi informasi betapa berharganya air ya teman-teman. Maka dari itu mohon jangan buang-buang air. Kalau memegang sebotol air minum, ya usahakan untuk menghabiskannya, jangan dibuang-buang. Okey? :)

April Hamsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun