Mohon tunggu...
Aprila Rahayu Gani
Aprila Rahayu Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Behaviorisme dalam Pencegahan Bunuh Diri

21 Januari 2024   08:33 Diperbarui: 21 Januari 2024   08:44 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Puti Febrina Niko M.Psi., Psikolog., Novrely Shaqinah hidayat, Uchi Ramadhani Safitri, Isma sela

Pendidikan tingkat universitas seringkali dianggap sebagai periode yang menantang dalam kehidupan seseorang. Tingkat tekanan dan stres yang terjadi sangat tinggi dan berdampak negatif bagi kesejahteraan mental mahasiswa, bahkan bisa mencapai tingkat yang menghawatirkan seperti bunuh diri. 

Kondis lingkungan dan model belajar yang baru di perguruan tinggi, menuntut mahasiswanya untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru (Esa Nur Wahyuni, 2017). 

Pada perguruan tinggi mahasiswa sangat berpotensi mengalami stres khususnya pada mahasiswa baru (Chao, 2012). Stres, baik langsung maupun tidak, diyakini sebagai penentu performan akademil dan kesehatan mental mahasiswa baru (Alzaeeman, Sulaiman, &Gilliani, 2010; Carter, 2016.  

Dampak stres yang terjadi terhadap kesehatan fisik, kesuksesan akademik, dan kesehatan mental para mahasiswa, maka sangat pentig melatih  mahasiswa baru mengambangkan kemampuan dalam mengelolah stres secara tepat dan baik supaya membantu mengurangi dampak stres negativ.

Mahasiswa biasanya dihadapkan berbagai tekanan, seperti tekanan akademis, sosial, dan ekonomi. Adapun tuntutan untuk mencapai prestasi akademis yang tinggi, mengalami masalah interpersonal dan menghadapi berbagai ketidak pastian masa depan yang dapat menciptakan beban mental sehingga mengakibatkan stres. Stres yang terjadi ini dapat mengarah pada masalah ksesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan dalam kasus ekstrem itu sendiri bahkan, bisa melakukan bunuh diri. 

Pendekatan behaviorisme mengemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan perubahan perilaku dapat dipicu melalui pembentukan stimulus-respon yang positif. Dalam konteks pencegahan bunuh diri ini, pendekatan behaviorisme dapat diarahkan pada perubahan perilaku yang mendorong kesehatan mental positif. 

Menurut Geral Corey, ia menjelaskan bahwa Behavior merupakan pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berhubungan serta berkaitan dengan perubahan (pengubahan) tingkah laku. Terapi tingkah laku merupakan penerapan aneka ragam teknik serta prosedur yang berakar pada bagian teri dalam belajar (Gerald Corey, 2013). 

Behaviorisme adalah suatu pendekatan psikologis yang menekankan pada observasi perilaku yang dapat diukur dan diobservasi secara objektif. Dalam konteks pencegahan bunuh diri, pendekatan behaviorisme dapat digunakan untuk memahami perilaku-perilaku tertentu yang terkait dengan risiko bunuh diri dan mengembangkan intervensi yang sesuai. Berikut beberapa konsep behaviorisme yang dapat diterapkan dalam pencegahan bunuh diri:

  • Mendorong pengembangan keterampilan koping yang sehat untuk mengatasi stres.
  • Mengurangi penguatan negatif terhadap perilaku bunuh diri, seperti mengurangi isolasi sosial, mengatasi faktor stresor.
  • Memberikan pelatihan keterampilan seperti, cara mengatasi masalah dan mengatasi emosi negatif.
  • Memahami alasan dibalik perilaku bunuh diri dengan analisis fungsi perilaku untuk mengidentifikasi pemicu dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
  • Memotivasi individu untuk mengadopsi perilaku sehat dengan memberikan informasi jelas tentang konsekuensi bunuh diri.

Penting untuk di ingat bahwa Pendekatan behaviorisme bukan hanya satu-satunya pendekatan yang dapat digunakan dalam pencegahan bunuh diri. Aspek psikologis, emosional dan sosial juga perlu diperhatikan dalam merancang intervensi yang efektif.

Referensi:

Alzaeem, A. Y., Sulaiman, S. A. S., & Gillani, S. W. (2010). Assessment of the validity and reliability for a newly developed Stress in Academic Life Scale (SALS) for pharmacy undergraduates. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. Retrieved from http://internalmedicine.imedpub.com/assessment-of-the-validity-and-reliability-for-a-newly-developed-stressin-academic-life-scale-sals-for-pharmacy undergraduates.php?aid=6078

Chao, R. C.-L. (2012). Managing perceived stress among college students: The roles of social support and dysfunctional coping. Journal of College Counseling, 15(1), 5-21.

Pinel, J. P. (2009). Biopsychology. Pearson education.

Wilks, S. E. (2008). Resilience amid Academic Stress: The Moderating Impact of Social Support among Social Work Students. Advances in Social Work, 9(2), 106-125.

Davidson, J. (2001). Manajemen Waktu. Yogyakarta: Andi.

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Corey, Gerald. (2013) .Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Terjemah E. Koswara. Bandung. Refika Aditama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun