Disusun Oleh: Ajeng Safitri, Anjeli Septa Efendi, Efriani, Novita Rahmasari, Nurfauziyyah
Sebelum belajar apa itu katarsis dan bagaimana melakukan katarsis untuk menyalurkan emosi, kita perlu tahu terlebih dahulu apa sih emosi itu? Menurut Neraca (2020) emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Suatu keadaan dalam diri seseorang yang memperlihatkan ciri-ciri reaksi fisiologis, pelampiasan dalam perilaku dan pengindraan. Sebagaimana kita ketahui emosi dimiliki oleh siapa saja dan terkadang disalurkan begitu saja tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.Â
Di sisi lain, memendam emosi juga bukan hal yang baik loh untuk kesehatan mental. Emosi yang melonjak sering hadir di kalangan remaja yang mengalami peralihan menuju dewasa awal. Menurut Hurlock (2003) remaja adalah usia transisi, seorang individu yang telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun masyarakat.Â
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diadakannya edukasi bagaimana mengelola emosi yang baik dengan katarsis. Katarsis sendiri berasal dari bahasa Yunani katarshis yang berarti pemurnian atau pembersihan. Dalam psikologi, katarsis diartikan sebagai upaya untuk membersihkan diri dari perasaan negatif seperti marah, cemas, gelisah, kesedihan, atau luka batin yang terpendam. Hasil yang diperoleh melalui upaya katarsis berupa perasaan lega dan tenang.Â
Menurut teori psikoanalitik, pelepasan emosi ini berkaitan dengan kebutuhan untuk meredakan konflik yang tidak disadari. Jadi stress dan frustasi sebenarnya bisa jadi reaksi sinyal bahwa ada konflik yang butuh diselesaikan. Berbagai cara melakukan katarsis, satu diantaranya ialah menulis (Adrian, 2021).
Pelatihan pengelolaan emosi melalui katarsis menulis dilakukan oleh mahasiswi Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah Riau kepada pemuda-pemudi perumahan Indah Perdana Lestari (IPL) pada Sabtu, 1 Juli, 2023. Kegiatan tersebut dilakukan di Masjid Syukron jl. Suka Karya, Panam, Pekanbaru. Mahasiswi program studi Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah Riau memberikan leaflet, kertas kosong, dan pensil warna kepada masing-masing peserta yang ikut dalam kegiatan tersebut. Akhir kegiatan diberikan kesempatan kepada para peserta yang ikut mengenai apa yang mereka rasakan setelah edukasi dan praktek katarsis dilakukan.Â
Peserta-peserta yang datang memenuhi kegiatan pada saat itu datang dengan keadaan yang berbeda antara satu dengan lainnya, diantaranya penasaran, panik, tegang, dan cemas. Rata-rata peserta mengatakan bahwa setelah melakukan katarsis dengan menulis perasaannya menjadi lebih relaks dan lega. Sehingga dapat disimpulkan bahwa emosi adalah hal yang terjadi dan dialami oleh siapa saja, namun gejolak emosi biasa terjadi pada remaja transisi menuju dewasa awal. Maka katarsis adalah salah satu upaya untuk menyalurkan emosi walaupun tidak menyelesaikan persoalan seutuhnya setidaknya mengurangi atau memberikan perasaan lega.Â
Selain itu, katarsis juga dapat dilakukan dengan cara bercerita. Oleh karena itu sudah seharusnya kita lebih peduli dengan kebutuhan emosi yang sedang dirasakan dan jangan ragu untuk bercerita baik kepada orangtua, saudara, teman, atau sahabat. Apabila anda masih mendapatkan kesulitan terkait emosi, ragu, atau takut untuk bercerita, maka datanglah ke profesional seperti psikolog untuk berkonsultasi. Yuk kita mulai peduli terhadap kesehatan mental diri.
ReferensiÂ