Mohon tunggu...
Cak Koekoeh
Cak Koekoeh Mohon Tunggu... Administrasi - Researcher

"Banyaknya ilmu yang beterbangan diatas kepala kita, maka ikatlah dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategic Patience pada Sengketa Teritorial di Laut China Selatan

17 Mei 2024   05:41 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:47 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap peningkatan ketegangan di kawasan LCS dapat membahayakan kendali Indonesia atas ZEE dan melemahkan kepentingan keamanan nasional. Meskipun Indonesia ingin menarik investasi Tiongkok dalam skala besar, kedaulatan nasional Tiongkok terancam oleh keengganan Indonesia untuk mengakui NDL tersebut.

Strategic Patience di Laut China Selatan  

Strategic patience menggabungkan strategi dan kesabaran mengacu pada kebijakan luar negeri yang terdiri dari penghentian tindakan militer langsung oleh suatu negara, penggunaan sanksi diplomatik dan strategis yang hati-hati, dalam pendekatan kepada negara musuh, dari posisi yang berbahaya atau tidak menguntungkan, ke pendekatan yang lebih aman atau menguntungkan. 

Dinamika inilah yang menjadikan doktrin strategic patience berhasil terhadap efektivitasnya dalam mencapai tujuan strategis jangka panjang. Jika dua negara berada pada ambang batas paralel, maka tidak ada satu negara pun yang dapat dikatakan melakukan strategic patience.

Pendekatan Tiongkok terhadap sengketa LCS mencerminkan semacam strategic patience, yaitu Tiongkok menunggu peluang untuk menegaskan klaimnya dengan lebih kuat, yang difasilitasi oleh peningkatan kemampuan militernya. Meskipun langkah awal dimulai pada tahun 1980, ketegasan dan kemampuan yang signifikan telah terlihat jelas sejak awal tahun 2000, dengan peningkatan yang signifikan pada tahun 2010 melalui pembangunan infrastruktur dan sikap strategis. 

Peran yang diinginkan Tiongkok terletak pada upaya membangun konsensus, membangun institusi, memajukan kerja sama, dan mengoordinasikan hubungan antar negara kawasan. Pendekatan Strategic patience ini didasarkan pada asumsi yang jauh lebih realistis mengenai semakin matang pengembangan teknologi seperti sensor baru, senjata hipersonik, atau pengenalan target otomatis.

Disisi lain, jika Tiongkok dan Filipina (sekutu Amerika) terlibat dalam konflik mengenai sengketa wilayah, sebagai sekutu Amerika Serikat tidak punya pilihan lain selain menghadapinya. Meskipun kemungkinan besar tidak akan meningkat menjadi konfrontasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat atau ASEAN, namun demikian ketegangan apa pun yang dipicu oleh pihak ketiga pasti akan memberikan dampak jangka panjang terhadap stabilitas regional dan integrasi ekonomi. 

Oleh karena itu, negara-negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat tidak hanya harus lebih menahan diri dan bersabar secara strategis, namun negara-negara ASEAN juga harus menahan diri untuk tidak menantang kepentingan inti Tiongkok guna meminimalkan potensi faktor-faktor yang mengganggu stabilitas di LCS.

ASEAN sendiri menyimpan pelajaran tentang multipolaritas, solidaritas di antara negara-negara yang memiliki persamaan pandangan, dan keyakinan strategis yang dipadukan dengan strategic patience dalam menghadapi Tiongkok di bawah kepemimpinan Xi Jinping sejak ia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012. 

Para perencana kebijakan di ASEAN memerlukan strategic patience dan sistem respons yang gesit dalam bertindak berdasarkan isyarat global dan mendorong ASEAN menuju platform simetri dimasa depan. Mengingat sifat strategis dari kebijakan ini, beberapa pendukung kebijakan memberikan argumen yang kuat mengenai dampak jangka panjangnya. Jika diterapkan secara konsisten selama bertahun-tahun atau bahkan satu atau dua dekade, kebijakan strategic patience akan membuahkan hasil yang baik.

Rekomendasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun