Konflik internal PSSI yang masih tidak berujung berimbas banyak pada kondisi sepakbola nasional sendiri yang masih harus berbenturan dengan banyak pihak, mulai dari molornya jadwal Kick off ISL dari Februari hingga dijadwalkan ulang pada bulan april, komentar Roger Milla pemain timnas Kamerun yang menyepelekan timnas dalam laga persahabatan tadi sore, hingga isu tentang batalnya timnas U-22untuk bertanding menggunakan stadion kebanggan di GBK beberapa pekan terakhir ini. Semua itu merupakan cerminan dari pengelolahan carut marut sepak bola nasional.
Para pecinta timnas indonesia sendiri, khususnya yang di ibukota beberapa hari kemarin harus menahan nafas panjang kemungkinan batalnya timnas main di GBK, akibat dari jadwal pertandingan yang berdekatan dengan jadwal konser grup musik asal Inggris One Direction. Grup musik ini dijadwalkan melaksanakan konser musikal pada hari ini Rabu 25 Maret 2015 dari kepanitian memang telah mem-booking stadion ini 2 tahun sebelumnya, sedangkan jadwal timnas sendiri baru ada tahun kemarin. Banyak para penggemar timnas dan penggemar grup musik ini tentunya harus saling beradu cuit di sosial media, sambil saling melemparkan kesalahan masing-masing kepanitian, pendukung timnas tidak ingin rumput stadion menjadi rusak akibat konser tersebut sehingga permainan timnas tidak maksimal, sedangkan dipihak pecinta musik menggaungkan buat apa pertandingan bola kalau toh akhirnya rusuh dan prestasi timnasnya tidak banyak berkembang.
Apalagi ternyata konser musik tersebut juga tidak berjalan maksimal akibat kepanitian yang kurang baik ditambah banyaknya korban yang berjatuhan akibat konser musik tersebut. Bukan hanya sepakbola, ternyata konser musik juga dapat menimbulkan korban, ini menjadi gambaran bahwa tidak selamanya konser musik yang ada dapat berjalan baik. Dan juga sebaliknya, tidak selamanya pertandingan sepakbola timnas Indonesia menimbulkan korban. Semua tergantung kembali kepada pengelolahan dan kepanitian serta kedewasaan pendukung yang hadir, baik pendukung musik maupun pendukung timnas.
Mari sejenak kita kembali ke masa silam ketika Presiden pertama RI membangun stadion ini. Stadion ini dibangun dalam rangka menyambut peluang Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan pesta olahraga terbesar di Asia yaitu Asian Games ke-IV. Pada 8 februari 1960, Presiden Soekarno meletakkan batu pertama pembangunan stadion utama berkapasitas 100ribu orang ini yang kala itu disaksikan perwakilan dari Uni Sovyet yang telah merealisasikan pembangunan stadion ini dengan memberikan kredit lunak senilai 12,5 juta dollar AS. Karena dibangunnya stadion ini juga berhubungan dengan dibangunnya kompleks olahraga Gelanggang Olahraga Bung Karno untuk menyambut Asian Games ke-IV tersebut.
Stadion beratap temu gelang bentuk oval yang dikelilingi jalan melingkar sepanjang 920 mete. Dengan lapangan sepakbola didalamnya yang dikelilingi lintasan atletik berbentuk elips dengan sumbu panjang 176, 1 meter dan sumbu pendek 124, 2 meter.
Selama pembangunan, Presiden Soekarno terlihat antusias, serta rajin mengunjungi proyek ini . Pada tanggal 21 Juli 1962 Stadion Utama Gelora Bung Karno telah selesai dibangun. Pada tanggal 24 Juli 1962 mengalami renovasi dan perbesaran pada 17 Agustus 1962, seminggu kemudian pada tanggal 24 Agustus 1962 SUGBK dibuka untuk pertama kalinya sebagai pembukaan Asian Games ke-IV yang diikuti 16 negara, 1460 atlet dengan 15 cabang olahraga. Dimana Indonesia menjadi Runner-up dibawah Jepang yang menjadi juara umum pada kejuaraan olahraga tersebut.
Dengan sukses digelarnya Asian Games ke-IV di Jakarta ini, sebagai kepercayaan dari dunia khususnya Asia yang menganggap Indonesia sebagai bangsa yang besar dan mempunyai andil yang besar pula dalam perdamaian dunia, karena dengan even tersebut rasa solidaritas sesama bangsa Asia semakin besar.
Dalam benak Bung Karno kala itu mungkin tidak terbesit membangun stadion ini untuk konser musik ataupun sebagai ajang kampanye partai. Stadion GBK ini ibarat sebuah situs monumental dan perjuangan simbolik dalam pencarian jatidiri bangsa saat itu. Di stadion ini menjadi kenangan bagi bangsa Indonesia khususnya warga Ibukota Jakarta, banyak momen bersejarah tercipta disini. Dari pertandingan sepakbola hingga olahraga lain yang disatukan dalam Pekan Olahraga Nasioanal (PON) sebagai wadah persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI yang utuh.
Tetapi saat ini, stadion GBK bukan hanya panggung olahraga tetapi juga untuk panggung politik ataupun panggung musikal. Pada tahun musim kampanye tahun 2014 kemarin, banyal partai politik memanfaatkannya untuk kepentingan penggalangan massa partai. Pada hari ini juga SUGBK dijadikan kegiatan diluar ke-olahraga-an yaitu diselenggarakannya konser musikal grup band dari Inggris One Direction. Bahkan oleh Presiden Joko Widodo sendiri dimanfaatkan untuk penggabungan dua even sekaligus yaitu kampanye Presiden yang dibalut dalam konser musikal dalam tajuk “Konser Salam Dua Jari”.
Melihat situasi beberapa hari terakhir, sangat ironi jika pertandingan sepakbola untuk kepentingan Indonesia sendiri (timnas U-22) hampir saja mengalah dengan kepentingan pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan ke-olahraga-an yang memakai stadion dengan dalih bahwa konser musik ini telah disiapkan selama dua tahun dan SUGBK juga telah di-booking dua tahun sebelumnya. Biar bagaimanapun juga seburuk-buruknya PSSI sebagai pengelolah sepakbola nasional, didalam kata PSSI terdapat huruf “I” yang kepanjangan dari Indonesia. Sehingga secara historis timnas lebih berhak memakai stadion ini, daripada grup band asal Inggris tersebut. Toh belum tentu juga ada grup musik dari Indonesia apabila kelak telah mendunia boleh memakai stadion kebanggaan Inggris ( Wembley Stadium) apalagi bila jadwal konser musik tersebut akan berdekatan dengan pertandingan Timnas Inggris.
Ada baiknya kita semua kembali pada sejarah awal, untuk apa sih Presiden Soekarno membangun stadion SUGBK ? apakah untuk even ke-olahraga-an atau untuk kegiatan lain diluar ke-olahraga-an. Apalagi nanti pada tahun 2018 stadion ini kembali menjadi arena olahraga bagi bangsa-bangsa Asia dalam Asian Games Jakarta 2018 yang tentunya akan diikuti lebih banyak negara, lebih banyak atlet dan ofisial serta jumlah cabang olahraga lebih banyak daripada pertama kali stadion ini menjadi tuan rumah pada tahun 1962. Karena stadion ini milik bangsa Indonesia sudah seharusnya bangsa ini sendirilah lebih berhak memakainya.
semoga bermanfaat.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H