Mohon tunggu...
Aprii Ansyah
Aprii Ansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Menulis Membaca Debat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Strategi Marketing Politik (PSI) Melalui Media Sosial dalam Kontestasi Pemilu 2024

3 April 2024   19:25 Diperbarui: 3 April 2024   19:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara mengenai pemasaran suatu produk di media sosial bukan lagi suatu hal yang tabu di zaman yang canggih ini. Terlebih lagi karena arus globalisasi yang kian semakin tidak bisa dihindarkan, dimana kehadiranya menciptakan suatu kemudahan dalam mengakses telekomunikasi serta informasi apapun karena cakupannya begitu luas. Begitu pula dengan strategi pemasaran salah satu partai yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dalam hal ini begitu masif pemasarannya di media sosial. Dewasa ini menjadikan adanya relasi antara media dan proses politik yang bersifat dialektis, dimana proses tersebut memperlihatkan aksi dan reaksi.

Penulis tentunya sangatlah tertarik pada strategi-strategi partai dalam marketing politik yang digunakan, khususnya yang jadi fokusnya yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Lantai dengan cara-cara pemasaran yang digunakan oleh partai PSI ini memunculkan beberapa pertanyaan, diantara lain, yaitu; (1) Apakah media sosial bersifat efektif dalam memasarkan partai politik ? (2) Apakah pemasaran politik melalui media sosial yang digunakan oleh partai PSI berhasil ?

Media sosial sebagai salah satu media baru tentunya mempunyai fungsi yang sangat penting dalam hal keterlibatan karena pemilih dapat mengikuti akun tersebut yang berarti dapat memantau segala aktivitas sehingga dapat mengetahui apa saja yang dilakukan oleh salah satu partai tersebut. Keberadaan media sosial tentunya banyak merubah strategi, teknik serta taktik pemenangan partai politik tahun 2024. Dalam hal ini tentunya kita bisa melihat dari kehadiran tim khususnya yang menangani akun media sosial dari salah satu partai politik. Selanjuntya, tim khusus tersebut tentunya sudah menyiapkan beberapa video pendek atau konten dalam menyebarkan visi-misi atau suatu program mereka kepada para pemilih melalui berbagai platform media sosial yang bersifat mudah dijangkau. Demikian merupakan bukti nyata dari kehadiran media sosial sebagai alat penyebaran berbagai informasi yang ditujukkan kepada masyarakat ataupun pemilih dalam kontestasi pemilu telah dipandang dan dianggap sebagai langkah yang efektif, khususnya untuk membangun citra dan membentuk opini serta pengaturan agenda politik dari partai politik (Wolley Limperos dan Oliver 2010).

Media sosial mempunyai kelebihan khusus dalam pemasaran partai politik. Media sosial dapat memberikan soial memberikan kemudahan akses bagi calon pemilih, peran media sosial sebagai salah satu alternatif kampanye nampaknya dinilai lebih mengenai masyarakat dibandingkan pola kampanye tradisional seperti door to door dan brosur. Meskipun terdapat beberapa daerah yang tidak sepenuhnya dapat mengakses internet, nyatanya peran media sosial ini dapat mengurangi biaya kampanye yang terbilang sangatlah mahal.

Dalam dewasa ini, Partai PSI telah membawa spirit yang tepat dengan gaya nya yang khas dimana PSI membawa nilai utama dalam marketing politiknya yakni kebajikan, keragaman, keterbukaan dan meritokrasi. Dalam hal ini PSI menggunakan gabungan metode dalam pemasarannya, yaitu dengan melalui media tradisional  maupun modern sepereti media sosial. PSI terlihat seperti membagikan segmentasi apapun yang ingin digapai khususnya anak muda, masyarakat kota dan golongan lintas agama.

Strategi-strategi yang dilakukan oleh PSI ini sangatlah menarik dibandingkan dengan partai-partai lain. PSI merupakan salah satu partai yang kentara dalam memanfaatkan media sosial karena jika kita lihat bersama tidak ada anak muda di zaman yang canggih ini yang buta terhadap teknologi, demikian media sosial yang pasti sering kita jumpai dikala senggang. Target yang dicapai dengan konten-kontennya memang menuju ke arah generasi muda. Dimana 'gadget' dan media sosial tidak akan pernah luput dari jangkauan generasi muda. Dalam marketing politiknya, PSI menilai bahwasanya anak muda justru mempunyai ide-ide yang berbeda dimana dalam hal ini penuh hal-hal kreatif. Namun demikian, realitanya anak muda cenderung apatis dalam isu soal politik. Hal tersebut lah yang melatar belakangi pemanfaatan media sosial yang maksimal untuk menggait suara dari masyarakat sehingga mempengaruhi elektabilitasnya.

Alhasil dari pemanfaatan media sosial tersebut, PSI yang tergolong partai baru langsung melejit elektabilitasnya dibandingkan partai yang seusianya. PSI menghadirkan kader-kader yang tergolong muda untuk menggait ketertarikan masyarakat dimana seperti yang kita tahu pemilih terbesar yaitu dari generasi muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun