Mohon tunggu...
Lisa Aprianita
Lisa Aprianita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Amsal 13:30 » Siapa bergaul dengan orang bijak akan menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal akan menjadi malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammadiyah, Rumah untuk Semua

1 Desember 2015   12:11 Diperbarui: 1 Desember 2015   13:20 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak kenal Muhammadiyah, organisasi keagamaan tertua di Indonesia yang kehadirannya sangat memberikan kontribusi sejak bangsa ini belum merdeka hingga saat ini. Organisasi yang kini memiliki 40 juta anggota dan simpatisan (Wikipedia) ini terus melebarkan sayapnya hingga ke seluruh pelosok Indonesia dengan membangun sarana dakwahnya berupa sekolah, universitas, dan rumah sakit.

Ketika berbagai pihak menggembor-gemborkan istilah mayoritas-minoritas, serta mengagung-agungkan jumlah 'pemeluk'-nya, maka hal ini tidak berlaku bagi Muhammadiyah. Saya, sebagai orang yang bukan anggota dan simpatisan Muhammadiyah, sangat merasakan manfaat adanya fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Kampus-kampus Muhammadiyah dapat disejajarkan dengan kampus negeri milik pemerintah, contohnya Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah Terakreditasi 'A', serta ratusan kampus-kampus Muhammadiyah lainnya yang tak kalah bagus mutunya.

Organisasi besutan K.H. Ahmad Dahlan ini sukses menjelma menjadi raksasa pendidikan, dari TK hingga Perguruan Tinggi, dapat kita temukan di setiap propinsi. Berdasarkan informasi yang dimuat di intagram @persyarikatan_muhammadiyah, saat ini, di bidang pendidikan, organisasi berlambang matahari tersebut mempunyai 176 Perguruan Tinggi, 14.346 TK ABA-PAUD, 2604 SD/MI, 1772 SMP/MTs, 1143 SMA/SMK/MA, 102 pondok pesantren, dan 86 Sekolah Luar Biasa. Di bidang kesehatan dan pelayanan sosial, terdapat 457 Rumah Sakit dan Rumah Bersalin, 421 Panti Asuhan, 82 Panti Berkebutuhan Khusus, 78 Panti Asuhan Keluarga, 54 Panti Jompo, 1 Panti Khusus Bayi Terlantar, 38 Panti Santunan Kematian, serta 15 BPKM. Dalam bidang dakwah, terdapat 12.995 Masjid dan Mushalla. Dalam bidang ekonomi, terdapat 437 BMT (Baitul Mal wa Tanwil), 762 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah), dan 25 penerbitan, serta kelompok-kelompok usaha BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah). Sungguh jumlah yang fantastis untuk sebuah organisasi keagamaan. 
 

Muhammadiyah untuk Semua

Dengan puluhan ribu sekolah, rumah, sakit, universitas, dan berbagai sarana dakwah lainnya, Muhammadiyah dengan langkah yang pasti telah berkontribusi bagi warga Indonesia, baik yang ada di perkotaan maupun di pedesaan.

Muhammadiyah untuk Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi terbesar di negeri ini. Keduanya diharapkan saling berkontribusi dalam membangun bangsa ini. NU dan Muhammadiyah memiliki perbedaan dalam sistem pendidikan, NU lebih fokus ke pesantren, sedangkan Muhammadiyah lebih konsen ke pendidikan umum. Walaupun saat ini dapat kita lihat bahwa NU sudah mulai mengikuti 'saudara'-nya untuk mendirikan Universitas di kota-kota, serta, Muhammadiyah yang mulai menyentuh sistem pesantren di pedesaan. Kembali kepada tema pokok, dengan banyaknya jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah, tak jarang warga NU juga merasakan manfaat atas kehadirannya. Salah satu contohnya adalah apa yang telah diutarakan oleh Mahfud MD (mantan Ketua MK),

"Anak-anaknya orang NU banyak yang disekolahkan di SD Muhammadiyah Sapen. Dua anak Katib Aam NU Dr. KH Malik Madani, misalnya, adalah lulusan SD Muhammadiyah Sapen dan selalu menjadi juara  mulai SD sampai lulus perguruan tinggi berkelas seperti UGM. Bukan hanya anaknya Malik Madani. Anak-anaknya Prof. Machfoed Mas’oed, Prof. Miftah Thoha, Pak Ghazali, dan anak saya sendiri disekolahkan di SD Muhammadiyah Sapen karena NU belum punya lembaga pendidikan formal yang seperti itu. Muhammadiyah tak punya pesantren yang bisa disebut sebagai pesantren yang berkelas, beda dengan NU yang kaya dengan pesantren besar. Namun Muhammadiyah punya Universitas-universitas dan sekolah-sekolah yang dari ukuran akreditasi dan pemeringkatan sudah maju. Sebutlah UMM (Malang), UMS (Solo), UMY (Yogya). Anak-anak NU banyak yang masuk universitas-universitas Muhammadiyah karena di NU belum tersedia bidang yang dibutuhkan. Di NU ada Unissula dan Unisma yang bisa diharapkan menjadi mercu suar, tapi masih agak jauh. Bahkan pada tingkat SD  dan sekolah menegah begitu." (sumber)

[caption caption="Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (sumber: umm.ac.id)"][/caption]

Tak hanya di tingkat SD-SMA, di tingkat Perguruan Tinggi pun banyak warga NU yang kuliah di kampus Muhammadiyah. Hal ini dapat kita lihat dengan eksisnya salah satu badan otonom (banom) NU di kampus Muhammadiyah. Organisasi mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang merupakan banom NU dapat kita temui di dua kampus Muhammadiyah, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (sumber 1 dan sumber 2).

Hal tersebut membuktikan bahwa Muhammadiyah tidak antipati terhadap organisasi keagamaan lainnya, seperti yang masyarakat pada umumnya pikirkan dewasa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun