Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Menurut Udayanti dan Nanci bahwa dalam proses pembelajaran, terdapat sejumlah pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan dipilih oleh guru, sehingga dapat dimungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus dapat menerapkan berbagai alternatif pendekatan atau metode dalam proses pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang sesuai, sehingga akan terciptanya aktivitas belajar yang kondusif untuk keberhasilan proses pendidikan di sekolah.
Natawijaya (dalam Jurnal Pendidikan Dasar) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tercipta situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dn emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya. Kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya sejak di sekolah dasar. Pendidikan dasar memegang peran utama dalam membentuk dasar pengetahuan dan keterampilan siswa. Dalam rangka mencapai tujuan ini, keaktifan siswa dalam pembelajaran menjadi kunci vital. Salah satu metode inovatif yang dapat diterapkan guna merangsang partisipasi siswa adalah metode pembelajaran Take and Give.
Metode atau model pembelajaran diperlukan untuk membantu siswa memahami materi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, seperti menugaskan siswa menjadi narasumber dalam kelompoknya. Menurut Hanafiah dan Suhana, dalam pembelajaran kooperatif tipe Take and Give ini siswa diajak untuk berfikir dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru sekolah dasar. Semua siswa dalam kelompok memiliki pembagian sub materi yang berbeda, sehingga memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk mempelajari bagian materinya agar dapat menjelaskannya kepada kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah suatu tipe pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang disampaikan oleh guru dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.
Tipe Take and Give merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme, serta menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari jenuh menjadi riang, serta mempermudah siswa untuk mengingat materi. Tipe Take and Give ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana yang gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit dan berat. Penerapan metode Take and Give dapat dijustifikasi melalui telaah pada kurikulum pendidikan dasar. Kurikulum tersebut menekankan pentingnya pembelajaran yang berorientasi pada siswa, menciptakan ruang bagi kreativitas dan partisipasi aktif. Dengan demikian, penerapan metode Take and Give bukan sekadar inovasi, tetapi juga sejalan dengan semangat kurikulum nasional.
Secara teoritis, metode Take and Give merujuk pada prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pendidikan. Teori ini menggarisbawahi bahwa siswa cenderung memahami dan mengingat informasi lebih baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam proses belajar. Dengan memberikan dan menerima informasi melalui interaksi, siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri secara lebih efektif. Metode Take and Give muncul atas keresahan guru terhadap mengenai permasalahan keaktifan siswa di kelas sebagai hambatan utama dalam pencapaian hasil pembelajaran yang optimal di kelas. Banyaknya siswa mengalami kejenuhan karena pendekatan pembelajaran yang statis dan kurang interaktif. Oleh karena itu, metode konvensional seringkali tidak memadai untuk memecahkan masalah ini, menuntut adopsi pendekatan yang lebih dinamis dan interaktif seperti metode Take and Give.
Penerapan Metode Take and Give Oleh Guru Kepada Siswa SD
Metode "take and give" atau "ambil dan berikan" adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Seorang guru dapat menerapkan metode ini dengan cara yang kreatif dan menarik untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Â
Sebagai contoh, Pak Bayu merupakan seorang guru yang kreatif dan inovatif akan menerapkan metode take and give dalam pelajaran matematika. Hari itu, topik pembelajaran adalah operasi hitung bilangan bulat. Pak Bayu memulai pelajaran dengan memberikan setumpuk kartu yang berisi soal matematika kepada setiap siswa. Setiap kartu berisi pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari. Pak Bayu memberikan instruksi kepada siswa untuk membaca pertanyaan di kartu mereka, mencari jawabannya, dan kemudian siap untuk berbagi jawaban dengan teman sekelas. Sebagai bagian dari aturan take and give, setiap siswa diwajibkan untuk memberikan jawaban yang benar kepada teman sekelasnya dan memberikan penjelasan singkat mengenai cara mereka mencapai jawaban tersebut. Siswa dengan senang hati mulai bergerak, membaca pertanyaan, berpikir keras, dan berdiskusi dengan teman sekelasnya.
Proses "mengambil" jawaban dari kartu mereka dan "memberikan" penjelasan kepada teman sekelas tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, tetapi juga membantu mereka memahami konsep dengan lebih baik melalui interaksi sosial. Selama sesi berbagi jawaban, Pak Bayu berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan tambahan dan memberikan pujian kepada siswa yang memberikan penjelasan dengan baik. Pak Bayu juga memastikan bahwa setiap siswa terlibat dalam proses belajar ini dan memberikan kesempatan bagi mereka yang mungkin merasa kurang percaya diri untuk berpartisipasi.
Berdasarkan contoh diatas maka penerapan metode take and give tidak hanya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, tetapi juga membangun kerjasama antar siswa, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Melalui pendekatan ini, guru telah berhasil menciptakan atmosfer kelas yang positif dan memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran di kelas.