Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)

26 Agustus 2022   00:50 Diperbarui: 26 Agustus 2022   01:07 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diselenggarakan di Edu Global School Cirebon. (Foto: ADSN1919/Dokpri)

Kamis, 25 Agustus 2022, pukul, 06.50 WIB. Saya dan Bu Ani (salah satu guru SDN Sadagori 1), membelah pagi, menuju Edu Global School Cirebon, tempat lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diselenggarakan. Ya, kami beserta 200 peserta lainnya hari ini menghadiri lokakarya tersebut.

Pembukaan acara lokakarya oleh Bu Wakil Walikota, didampingi Kadisdik Kota Cirebon dan Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon. (Foto: ADSN1919/Dokpri)
Pembukaan acara lokakarya oleh Bu Wakil Walikota, didampingi Kadisdik Kota Cirebon dan Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon. (Foto: ADSN1919/Dokpri)


Lokakarya dihadiri oleh Dra. hj. Eti Herawati selaku Wakil Walikota, ibu Fitri Pamungkaswari selaku Wakil Ketua DPRD, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon ibu Kadini, S.Sos, Pihak Edu Global, para Kepala Sekolah serta para peserta yang sudah hadir sebelum acara dimulai.

Acara dibuka pukul, 09.00 WIB, oleh Bu Wakil Walikota, didampingi Kadisdik Kota Cirebon dan Wakil Ketua DPRD Kota Cirebon.

Lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diselenggarakan di Edu Global School Cirebon. (Foto: ADSN1919/Dokpri)
Lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) diselenggarakan di Edu Global School Cirebon. (Foto: ADSN1919/Dokpri)


Pemateri acara lokakarya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM)
adalah sepasang suami istri yang peduli dengan pendidikan yang ada di Indonesia, pak Muhammad Nur Rizal, P.Hd dan ibu Novi Poespita Chandra, P.Hd. mereka berdua membagikan pengalamannya selama tinggal di Australia kepada para peserta.

Pemateri memberikan materi secara runtut dan lugas, banyak ilmu yang saya dapatkan dan rasanya masih terasa kurang karena waktu hanya sehari saja.

Saya mencoba memberikan sedikit oleh-oleh ilmu yang saya dapatkan hari ini.

Saya mulai dari pemateri yang pertama, yaitu;  Muhammad Nur Rizal, P.Hd

Saya tertarik dengan ulasan pak Rizal yang mengibaratkan pendidikan itu seperti bertani.

Strategi menerapkan kultur pendidikan bertani di sekolah 0.4 GSM adalah melalui 4 area perubahan GSM.

Filosofi gaya pendidikan bertani,
Peserta didik diibaratkan seperti sebuah pohon, menurut pak Rizal, kita sebagai petani harus mengetahui jenis tanaman apa  yang akan kita tanam, serta harus mengetahui tanaman apa yang cocok untuk di tanam di suatu daerah, karena tidak semua jenis tanaman akan cocok untuk ditanam di satu daerah dengan daerah yanh lainnya.

Masih menurut pak Rizal, begitu juga dengan peserta didik. Jadi Guru harus mengetahui karakter peserta didiknya, karena antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain tidak bisa disamaratakan.

Pendidikan yang pertamakali ditumbuhkan itu adalah pendidikan karakter. Karena  Karakter individu tidak akan ada maknanya bila tidak ada karakter kebersamaan.  

Pendidikan karakter bisa dibilang mudah sekaligus bisa dibilang sulit juga, karena perlu proses panjang dan keterlibatan para orangtuanya juga.

Setelah akar, maka akan tumbuh batang pohon yang kokoh, yang jika diibaratkan adalah seperti  penalaran atau pengetahuan.

Kemudian dari pohon akan tumbuh cabang dan ranting yang bisa diartikan sebagai kemampuan tata kelola, pemikiran, cara menyelesaikan masalah.

Tumbuhan yang subur bisa dilihat dari daun yang hijau dan lebat, sama seperti sekolah yang bisa diibaratkan rumah yang nyaman bagi para pendidik, modal sosial/komunitas dan berkolaborasi.

Hasil akhir dari tumbuhan akan menghasilkan buah ranum, hasil inovasi, teknologi dan sosial.

Pemateri memberikan pesan pada kami para guru, bahwa guru mengajar harus dari hati nurani, bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban.

Ciptakan belajar yang menyenangkan bagi para peserta didik, agar mereka merasa nyaman dan betah ketika belajar di sekolah, karena untuk siswa SD, sesungguhnya belajar itu adalah bermain.

Adsn1919

Catatan : Artikel ini juga tayang di ruangmenulis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun