Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meronce Telaga

1 November 2020   14:56 Diperbarui: 1 November 2020   14:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Roncean telaga yang mengalir dari dua mata air, di ronce tangan halus yang selalu menampung aliran telaga itu

Perempuan bertangan halus meronce penuh hati-hati karena tetesan telaga itu   rapuh, seperti sebutir  telur yang jatuh ke Bumi, meski perlahan niscaya retak

Roncean telaga yang turun dari dua mata air akan ia persembahkan untuk belahan jiwa

"Terimalah roncean ini, aku meroncenya siang dan malam hanya untukmu".

Adsn1919

Catatan: Tayang di Secangkir Kopi Bersama 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun