---
Pagi ini aku bangun dengan sangat bahagia, melihat suamiku sangat puas dengan sajianku malam tadi. Tadi malam kami bergumul hebat, seolah ini adalah pergumulan kami yang terakhir.Â
Puas menatap wajahnya, kubangunkan Mas Bena, ia masih tertidur pulas. Meski aku terus  memanggil dan mengguncang-guncang tubuhnya, tapi ia tetap tidak terjaga dari tidurnya.Â
Heiiii, kenapa mata suamiku bengkak, seperti orang yang telah berhari-hari menangis karena duka.Â
Kenapa  badannya lebih kurus dari biasa?  Dan di atas bibirnya juga telah ditumbuhi bulu-bulu kasar, padahal biasanya ia tidak suka dengan bulu yang  tumbuh diwajahnya. Kenapa sekarang dibiarkan?
Ada apa ini?
Tiba-tiba pintu kamar tebuka, aku kaget  melihat ibu mertuaku ada di Villa ini dan  menghampiri Mas Bena. Kusapa wanita paruh baya yang telah menjadi mertuaku ini, tapi kulihat Ia hanya diam dan sepertinya tidak memperdulikan keberadaanku di tempat ini.
Apa yang sebenarnya tengah terjadi?
Kulihat usapan lembut tangan wanita paruh baya itu, Â membangunkan Mas Bena yang sedari tadi masih tertidur pulas di sampingku. Â
Aneh sekali, tiba-tiba Mas Bena terbangun dan menangis, kulihat mereka berpelukan tanpa menghiraukan keadaanku, yang sedari tadi berusaha menyapa mereka berdua di kamar kami.
Seperti biasa, ketika Mas Bena sedang mandi aku selalu menyiapkan bajunya, kemeja hitam dan celana coklat muda kesukaannya kutaruh di sebelah kaos dalam putih dan celana dalam warna putih kesukaannya.Â