Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Si Belah [Bagian Enam]

19 Agustus 2020   20:31 Diperbarui: 19 Agustus 2020   20:46 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Enam

<< Sebelumnya

"Si Belah terus berjalan, hingga akhirnya di antara dua alam Ia bertemu dengan Jalaluddin Rumi, seorang penyair sufi yang tengah bersenandung di jalan sunyi," Jabrik kembali meneruskan cerita tentang Si Belah.

"Jalaluddin Rumi? Kayak pernah dengar namanya," Oneng mencoba mengingat nama penyair sufi.

Setelah meneguk Kopi di dalam Cangkir, serta membakar sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam dan menghembuskan asapnya secara perlahan-lahan, Jabrik kemudian membacakan karya Jalaludin Rumi yang berjudul "Dia tidak di tempat lain"

Oneng mendengarkan salah satu puisi milik Jalaludin Rumi yang berjudul Dia tidak di tempat lain sambil terus meremas-remas Tissue di tangannya.  

 "Saat mendengar dan meresapi kata demi kata yang terucap dari bibir sang Penyair Sufi, Si Belah menangis, hingga akhirnya tertidur pulas. Dan di dalam mimpinya itu Ia melihat bahwa dirinya tengah berjalan seorang diri, memasuki jalanan yang begitu sunyi. Ia  merasa hanya seorang diri di dunia ini, akhirnya Ia menangis sesegukan, ia  begitu rindu bertemu  dengan Tuhan . Saat tengah menangis pilu itulah, tiba-tiba saja Ia mendengar seperti ada suara yang menyapanya." Jabrik menggambarkan kondisi Si Belah saat itu sambil menatap kedua mata Oneng.

 "Suara apa?" tanya Oneng melihat tissue di tangannya, Ia tidak berani membalas tatapan mata lawan bicaranya.

"Hai Belah, apa yang engkau cari?" kata Jabrik menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.

"Terus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng.

"Aku hendak mencari Tuhan," Jabrik kali ini berusaha menirukan jawaban Si belah.

"Trus, apa jawaban suara itu?"

"Kenapa engkau hendak mencari Tuhan?" kata Jabrik lagi sambil menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.

"Iya, trus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng lagi.

"Aku hendak meminta keadilan pada Tuhan, kenapa Dia menciptakan aku setengah, sedangkan manusia lainnya Dia ciptakan sempurna, memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, sedangkan aku, saat ini Aku cuma memiliki satu mata, satu telinga, satu tangan dan satu kaki." Jabrik kembali menirukan jabawan Si Belah.

"Terus apa jawaban suara itu?" tanya Oneng lagi sambil meletakan tissue yang sedari tadi di remas--remasnya di atas Meja,

"Hai Belah! Ada lagi yang hendak engkau tanyakan kepadaKu?" Jabrik kembali menirukan ucapan suara yang bertanya kepada Si Belah.

"Iya, trus Si Belah nanya apalagi?" Oneng semakin penasaran dan seperti tidak sabar mendengar lanjutan cerita Si Belah Mencari Tuhan ini saat melihat Jabrik kembali mengambil bungkus Rokok di atas Meja, mengeluarkannya sebatang, memasukan ke dalam mulut lalu membakarnya.

"Si Belah ingat dengan amanat dari Perempuan malam yang Ia jumpai di sudut malam," kata Jabrik lagi sambil menghembuskan asap Rokok dari mulutnya secara perlahan-lahan.

"Iya, terus?" jawab Oneng sambil kembali mengibas-ibaskan tangannya, berusaha mengusir asap Rokok yang hendak mendatanginya.

"Dan Perempuan tua yang tengah beribadah di atas batu di pinggir sungai," Jabrik kembali meneruskan jawab Si Belah kepada Suara karena tadi sempat terpotong oleh ucapan Oneng.

"Iya, pertanyaan dua orang yang berjumpa dengan Si Belah tadi ya?" tanya Oneng lagi ingin memastikan bahwa dua Perempuan yang dimaksud ini adalah Wanita di sudut malam dan Nenek di Pinggir Kali yang tadi di ceritakan oleh Jabrik sebelum pertemuan Si Belah dengan suara.

"Iya." kata Jabrik lagi membenarkan pertanyaan Oneng barusan.

"Aku bertemu dengan seorang Perempuan di tempat hiburan malam dan Ia menitipkan pertanyaan kepadaku, jika seandainya aku memang benar-benar bisa bertemu dengan Tuhan, saat itu Ia menanyakan kira-kira Ia bakal di masukan ke dalam Surga atau di masukan ke dalam Neraka? Selanjutnya aku juga bertemu dengan Perempuan tua yang tengah beribadah di pinggir Kali, saat mengetahui aku hendak mencari Tuhan Ia pun menitip pesan kepadaku, jika seandainya aku benar-benar bertemu dengan Tuhan, Ia ingin tau, kelak Ia akan di masukan ke dalam Surga apa?"

Jabrik mencoba mereka ulang percakapan antara Si Belah dengan suara tak berwujud yang di temuinya.

"Katakan pada Perempuan malam yang sering menangis sendirian karena merasa dirinya begitu hina di hadapan Tuhan, sehingga merasa malu untuk meminta imbalan Surga kepada Tuhan untuk amal dan perbuatan baik yang pernah Ia lakukan secara diam-diam. 

Atas permintaan dari hamba-hambaKu yang pernah Ia tolong ketika mereka sedang kesulitan, mereka  memohon kepadaKu agar memberikan ganjaran Surga kepada seorang Wanita yang menolong mereka dan tidak mengharapkan imbalan apa-apa, maka Wanita malam itu akan Aku masukan ke dalam Surga. Maka dari itu jika kelak engkau kembali bertemu dengannya, katakan kepadanya bahwa Ia akan dimasukkan kedalam Surga. Sebab Neraka merasa malu untuk menerima kedatangan orang-orang yang selalu berusaha menyembunyikan amal ibadah di mata manusia lainnya.

Dan katakan juga kepada Perempuan tua yang engkau temui tengah Sembahyang di atas batu Kali. Katakan kepadanya, bahwa kelak Ia juga akan Aku masukan ke dalam Surga seperti permintaannya selama ini. Aku mengetahui bahwa selama ini amal ibadah yang Ia kerjakan itu bukan semata-mata karena iklas kepadaKu sebab Ia lebih takut kepada Neraka dari pada Aku dan Ia juga lebih mencintai dan menginginkan Surga dari pada Aku. Tuhan yang telah menciptakannya juga Surga dan Neraka itu.

Siang malam Ia beribadah semata-mata karena hanya untuk mengharapkan imbalan Surga. Maka  kelak Ia juga akan Aku masukan ke dalam Surga, tapi itu cuma sebentar saja, selanjutnya Ia akan Aku masukan ke dalam Neraka. Sebab api Neraka itu bahan bakarnya terbuat dari Orang-orang lupa akan diri dan Tuhannya."

Jabrik menirukan ucapan suara tanpa wujud yang tengah berbicara kepada Si Belah, sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang tengah khusuk berzikir.


Selanjutnya >> Bagian Tujuh

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkir Kopi Bersama.


Bahan bacaan : 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun