"Trus, apa jawaban suara itu?"
"Kenapa engkau hendak mencari Tuhan?" kata Jabrik lagi sambil menirukan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Iya, trus apa jawaban Si Belah?" tanya Oneng lagi.
"Aku hendak meminta keadilan pada Tuhan, kenapa Dia menciptakan aku setengah, sedangkan manusia lainnya Dia ciptakan sempurna, memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, sedangkan aku, saat ini Aku cuma memiliki satu mata, satu telinga, satu tangan dan satu kaki." Jabrik kembali menirukan jabawan Si Belah.
"Terus apa jawaban suara itu?" tanya Oneng lagi sambil meletakan tissue yang sedari tadi di remas--remasnya di atas Meja,
"Hai Belah! Ada lagi yang hendak engkau tanyakan kepadaKu?" Jabrik kembali menirukan ucapan suara yang bertanya kepada Si Belah.
"Iya, trus Si Belah nanya apalagi?" Oneng semakin penasaran dan seperti tidak sabar mendengar lanjutan cerita Si Belah Mencari Tuhan ini saat melihat Jabrik kembali mengambil bungkus Rokok di atas Meja, mengeluarkannya sebatang, memasukan ke dalam mulut lalu membakarnya.
"Si Belah ingat dengan amanat dari Perempuan malam yang Ia jumpai di sudut malam," kata Jabrik lagi sambil menghembuskan asap Rokok dari mulutnya secara perlahan-lahan.
"Iya, terus?" jawab Oneng sambil kembali mengibas-ibaskan tangannya, berusaha mengusir asap Rokok yang hendak mendatanginya.
"Dan Perempuan tua yang tengah beribadah di atas batu di pinggir sungai," Jabrik kembali meneruskan jawab Si Belah kepada Suara karena tadi sempat terpotong oleh ucapan Oneng.
"Iya, pertanyaan dua orang yang berjumpa dengan Si Belah tadi ya?" tanya Oneng lagi ingin memastikan bahwa dua Perempuan yang dimaksud ini adalah Wanita di sudut malam dan Nenek di Pinggir Kali yang tadi di ceritakan oleh Jabrik sebelum pertemuan Si Belah dengan suara.