Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perempuan Penghitung Kejora

25 Mei 2020   20:13 Diperbarui: 25 Mei 2020   20:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam terasa sepi saat keluar peraduan, langit terlihat temaram, kerlip kejora dari kejauhan terlihat bercahaya, perempuan itu menghitung satu persatu ada empat belas kejora yang tetap bertahan di antara gelapnya awan.

Perempuan itu selalu menghitung kejora yang nampak di langit, seperti ia menghitung kerutan di dahimu setiap kali engkau tersenyum. Setiap kerutan tersimpan kisah tersendiri, hanya engkau yang tahu.

Perempuan penghitung kejora itu tangguh, mesti dipandang sebelah mata, telunjuk tudingan ia diamkan sampai telunjuk itu tak bisa menunjuk kembali, mata-mata sinis selalu ia temui, ia diamkan pula sampai mata itu berbinar bahagia. Ada saatnya tuduhan berbuah pujian.

Saat ini, perempuan penghitung kejora, menanti jalan Tuhan membuka jalan untuknya menuju tangga cahaya, genggam erat menuju jalannya.

ADSN1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun