Sayang, yakinlah aku masih seperti  yang dulu, seperti pertama ketika engkau tersesat diruang mimpiku.
Engkau dan aku memang satu. Karena aku adalah engkau  dan engkau adalah aku.
Maafkan aku sayang  bila engkau masih  mendengar ucapan di bibirku. yang mengatakan; "Seandainya Tuhan itu tidak menciptakan begitu banyak bahasa di dunia ini, mungkin akan terasa lebih mudah bagiku untuk bisa berbicara denganmu."
Betul yang engkau bilang rasamu adalah rasaku dan rasaku adalah rasamu
Maafkan bila aku salah  masih berpikir bahwa kita masih memerlukan ungkapan kata untuk bisa berkomunikasi denganmu.
Terkadang aku lupa bahwa kita bisa berkomunikasi tanpa untaian kata  untuk bisa saling mengerti dan memahami antara satu dengan yang lainnya.
Seperti katamu bahwa aku dan engkau  adalah rasa. Induk dari semua bahasa yang pernah ada di Dunia Seribu Bahasa.
Engkau selalu mengingatkan aku bahwa bahasa kita adalah bahasa yang mampu membuat Setan dan Manusia bisa saling mengerti antara satu dengan yang lainnya.
Aku memahami yang engkau ungkapkan karena bahasaku dan bahasamu adalah bahasa yang bisa di mengerti oleh seluruh anak-anak Manusia yang ada di dunia.
Saat ini para Setan ingin menarik jiwaku kembali, sampai aku merasa kesulitan berkomunikasi denganmu. Api amarah membakar diriku secara perlahan.
Padahal aku berusaha  seperti dulu berkomunikasi  denganmu dengan  bahasa rasa. Percayalah setan tak berhasil menarikku kembali, wajahmu masih ada dalam hatiku setiap memejamkan mata dirimu selalu menemani.