Ijinkan saya mengucapkan reribu terimakasih pada pak Idris Apandi yang telah berkenan memberi pengantar pada buku tunggal saya yang ke-3, walau sebelumnya saya telah membuat buku keroyokan baik dengan teman KPLJ, sesama Kepala Sekolah dan lain-lain, sehingga total 12 buku sudah saya goreskan.
Buku ini sangat special  terdapat orang-orang special, para sahabat yang mensupport. Tanpa para sahabat aku tidak bisa apa-apa, sekali lagi terimakasih .
---
Semakin lama mengikuti puisi-puisinya, aku semakin tenggelam ke dalam bait-baitnya yang indah namun sarat makna.
Membaca puisi nya maka kita akan ikut merasakan apa yang dirasakan dalam puisi tersebut. Dan yang pastinya, menurutku bahasa yang digunakan mudah dipahami, namun tetap indah. Diksi yang digunakan pun sangat serasi. Ada Cinta, rindu, kesetiaan, cemburu, harapan, kebahagiaan, serta masa lalu, yang semuanya terangkum dalam untaian kata yang bercerita dan bermakna.
Selamat atas terbitnya buku ini semoga akan muncul buku-buku berikutnya yang dapat memotivasi para pembaca untuk terus berkarya.
Warkasa1919
Pekanbaru, 5 Juli 2019
Kompasianer
---
Cirebon melahirkan satu lagi penyair. Lewat seratus buah kumpulan puisi yang dia tuliskan, dia mampu  bercerita tentang apa saja, mengajak kita mengembara ke alam pikirannya, lantas menjadi bagian di setiap goresannya.
Ada banyak pesan yang diselipkan dalam rangkaian kalimat di setiap puisinya. Karya yang puitis dan bermakna.
(Queen Erni, Penulis, Guru SMKN 1 Cianjur)
---
Ibu guru yang satu ini saya ibaratkan sebagai luftwaffe, pesawat pemburu Jerman yang begitu legendaris. Gesit namun mematikan. Seperti puisi-puisinya yang tidak rumit tapi mengagumkan. Saya mengikuti alur setiap kata yang dirangkainya seolah saya sedang menikmati arung jeram. Sangat menyenangkan untuk memicu adrenalin dan memacu ingin.
Membaca puisi-puisi dari Apriani Dini akan memaku kita di sebuah pagi yang dipenuhi nyanyian burung-burung kenari, ditemani secangkir kopi tanpa gula yang membuat debar jantung menyala, dan juga sesobek roti manis yang dipanggang sehangat sebuah pelukan. Sangat menyenangkan!
Jangan salah sangka. Api cemburu yang dikobarkan dalam tulisan Ibu Guru ini berbeda dengan yang lainnya. Cemburu yang dinyalakan secara hati-hati menggunakan panas matahari. Bukan cemburu yang dipantik menggunakan api. Jadi tenang saja, membaca tulisan tentang cemburu  di sini, akan baik-baik saja.
Pada paragraf penutup saya tidak akan mengajak orang untuk menerjemahkan isi buku ini dengan cara-cara yang rumit dan memusingkan kepala. Gunakan cara yang sederhana; panaskan air, seduh kopi, dan siapkan kue gapit Cirebon, lalu bacalah jangan dengan pikiran nanar. Karena puisi-puisi di dalamnya akan mengajak kita berbinar-binar.
Mim Yudiarto
Jakarta, 2 Juli 2019
---
Begitu banyak kelebihan dari puisi yang ditulis oleh Bu Apriani Dinni. Setiap curahan hatinya diekspresikan dengan rapi dan mengalir dengan indah.
Selamat atas terbitnya buku ini semoga akan muncul buku-buku berikutnya yang dapat memotivasi para pembaca untuk terus berkarya.
Neng Rika, Cililin Bandung Barat, Pengurus KPLJ
---
Apriani Dini dengan liar membenturkan pilihan diksi-diksi, dan membiarkan lirik-lirik puisinya menemui kematian makna pada rasa, asa dan cinta.
Kunikmati sentuhan sensitivitas dari puisi Aprianni Dinni pada lingkungannya. Laksana bulir embun bersiap pergi menanti sinar mentari pagi. Racikan kata-kata itu bak mantra yang menggajakku berkelana pada kepahitan luka, kesunyian rindu dan keindahan senja.
Jarang kutemui, keberanian pensyair wanita mengolah diksi romantis, terkadang sensual yang tak vulgar namun menggoda! Hal itu, salah satunya ada pada untaian lirik Apriani Dinni. Aku serasa diajak menjenguk dunia tersembunyi yang dipenuhi aroma merah jambu. Hingga lupa mereguk secangkir kopi yang terbiar bisu.
Terakhir, di antara kesibukan dengan rutinitas yang berlaku, mampu mewujudkan kreatifitas berwujud buku. Apriani Dinni layak menjadi contoh sosok pendidik kreatif dan produktif.
zaldychan
02.07.2019
---
Bahasa yang digunakan mudah dipahami, namun tetap indah. Diksi yang digunakan pun sangat serasi. Â Cinta, rindu, kesetiaan, cemburu, Â harapan, kebahagiaan, masa lalu, merupakan ciri khas puisi-puisinya. Semua terangkum dalam untaian kata yang bercerita dan bermakna.
Rasanya ingin mengulang dan mengulang kembali untuk membacanya. Rasa kagum dan mengagumi, cinta yang begitu dalam terpatri menyatukan asa dalam kata-kata indah puisi karya Bu ADSN.
Ratu Nandi, guru SDN Kaliabang Tengah VIII Kota Bekasi, anggota KPLJ, Kompasianer
---
_Tentang Rindu_ pada _Secangkir  Kopi dan Kamu, _Tentang *galau*_ pada _Katamu Kita Bagai Cermin_  yang berakhir pada kesan itu tadi, tinggalkan kesan yang sukar untuk dilupakan pada bait terakhirnya.  Inilah puisi-puisi _racikan_ Bu Hj. Dinni yang sangat kunanti. Barakallah untuk semua puisinya
Kutunggu segera tiba di Permata Bandung Barat
nianyayusuf, guru SMAN 1 Padalarang Bandung, anggota KPLJ, Kompasianer
---
Jadi jangan tanya kenapa cinta  pada puisi bu Dini. Karena Cinta perlu Ceria, perlu bahagia...teruslah menebarkan bahagia dari cinta yang diwujudkan dalam sebuah puisi sahabat.
Tjitjih Mulianingsih Ws
Karawang 2019
(Guru, anggota KPLJ dan Kompasianer)
----
Hal ini mengindikasikan bahwa daya imajinasi dan penggambaran mendalam yang diungkapkannya dengan cantik, apik, Â dan unik. Selamat untuk sahabatku ADSN atas hujan karya yang deras membanjiri bumi puisi kita.
Sebait ku haturkan untukmu, Â tanda rindu yang tak berujung.
*_Andai sayapku utuh dan radarku normal, Â ingin ku temuimu dengan segenggam rindu dan setumpuk cerita, hanya sekedar menyusun puzzle masa yang telah ditinggalkan waktu_*
Maya Pujianingsih
KS SDN 1 Mekarsari Kota Banjar
---
ADSN, 080819
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H