(Queen Erni, Penulis, Guru SMKN 1 Cianjur)
---
Ibu guru yang satu ini saya ibaratkan sebagai luftwaffe, pesawat pemburu Jerman yang begitu legendaris. Gesit namun mematikan. Seperti puisi-puisinya yang tidak rumit tapi mengagumkan. Saya mengikuti alur setiap kata yang dirangkainya seolah saya sedang menikmati arung jeram. Sangat menyenangkan untuk memicu adrenalin dan memacu ingin.
Membaca puisi-puisi dari Apriani Dini akan memaku kita di sebuah pagi yang dipenuhi nyanyian burung-burung kenari, ditemani secangkir kopi tanpa gula yang membuat debar jantung menyala, dan juga sesobek roti manis yang dipanggang sehangat sebuah pelukan. Sangat menyenangkan!
Jangan salah sangka. Api cemburu yang dikobarkan dalam tulisan Ibu Guru ini berbeda dengan yang lainnya. Cemburu yang dinyalakan secara hati-hati menggunakan panas matahari. Bukan cemburu yang dipantik menggunakan api. Jadi tenang saja, membaca tulisan tentang cemburu  di sini, akan baik-baik saja.
Pada paragraf penutup saya tidak akan mengajak orang untuk menerjemahkan isi buku ini dengan cara-cara yang rumit dan memusingkan kepala. Gunakan cara yang sederhana; panaskan air, seduh kopi, dan siapkan kue gapit Cirebon, lalu bacalah jangan dengan pikiran nanar. Karena puisi-puisi di dalamnya akan mengajak kita berbinar-binar.
Mim Yudiarto
Jakarta, 2 Juli 2019
---
Begitu banyak kelebihan dari puisi yang ditulis oleh Bu Apriani Dinni. Setiap curahan hatinya diekspresikan dengan rapi dan mengalir dengan indah.
Selamat atas terbitnya buku ini semoga akan muncul buku-buku berikutnya yang dapat memotivasi para pembaca untuk terus berkarya.
Neng Rika, Cililin Bandung Barat, Pengurus KPLJ
---
Apriani Dini dengan liar membenturkan pilihan diksi-diksi, dan membiarkan lirik-lirik puisinya menemui kematian makna pada rasa, asa dan cinta.