Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dicintaimu Anugerah Bagiku

30 Juli 2019   19:35 Diperbarui: 30 Juli 2019   19:38 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menghela nafas panjang setelah  berkata jujur padamu. Lelaki muda yang usianya empat tahun di bawah usiaku.

------

Sore itu wajahmu terlihat merah padam menahan rasa marah, muak, juga cemburu sekaligus rasa cinta kepadaku, perempuan yang sebenarnya lebih pantas menjadi kakakmu itu.

Sore itu aku ikhlas bila engkau akan pergi meninggalkanku setelah mendengarkan semua pengakuan dosa-dosa masa laluku. Aku sadar, tidak semua lelaki siap dan akan menerimaku setelah mengetahui masa lalu perempuan yang dicintainya itu begitu kelam.

"Pergilah mas, aku ikhlas jika engkau akan pergi meninggalkanku setelah mendengar semua cerita kelamku. Carilah perempuan lain yang lebih baik dariku, pergilah aku ikhlas, tinggalkan aku, bila kejujuranku itu menyakitimu." Terisak aku di bahumu sore itu.

"Tidak sayang, aku mencintaimu, apapun masa lalumu aku menerimanya, terlebih setelah engkau dengan jujur mengakui semua itu dan berjanji tidak akan kembali mengulanginya lagi, mulai saat ini kamu tidak sendiri, ada aku disampingmu, kejujuranmu membuatku semakin mencintaimu, kamu berbeda dengan perempuan lain yang pernah aku kenal selama ini, di saat mereka berusaha menutupi aib di hadapan lelaki yang dicintainya kamu berani jujur terhadapku, lelaki yang engkau cintai saat ini. Dan kepasrahanmulah yang membuatku menerimamu." Bisikmu pelan di telingaku seraya makin erat memeluk tubuhku.

Dalam tangisanku, di bahumu aku bisa merasakan kepedihan dari nada suaramu saat mengetahui bahwa wanita yang di cintainya itu ternyata lebih kelam dari dugaannya selama ini.

"Maafkan aku, bila kejujuranku membuatmu sakit," kataku lirih sambil membalas pelukanmu di tubuhku.

"Tidak sayang, bersamamu aku belajar menikmati rasa sakit ini dengan segenap rasa cinta.

Dan cintaku tak akan berubah sedikitpun setelah kejujuranmu padaku. Hanya satu pintaku. Lupakan masa lalumu, hapus air matamu, mari melangkah bersamaku menuju masa depan yang lebih baik dari saat ini." Katamu pelan sambil kembali mengecup keningku.

Sore itu airmataku tak terbendung lagi mendengar ucapan tulusmu. Di bangku taman kota kelahiranku, aku kembali memeluk erat tubuhmu sambil menumpahkan semua kenangan pahit di masa laluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun