Bagian Satu
------
"Tidak!" Teriak lelaki paruh baya itu ketika mendengar permintaan seorang perempuan yang meminta  anaknya untuk menikah dengan suaminya itu.
Perempuan itu menangis, dia sengaja datang dari seberang bertiga bersama suami dan putri cantiknya, di ruang tamu itu semua terdiam, saat ini hanya terdengar isak tangis perempuan itu dan isak tangisanku.
"Aku mohon bapak mengizinkan putri bapak menikah dengan suamiku, hanya pada putrimu aku ikhlas berbagi, karena putri bapak sudah aku anggap adik, dia mampu menjaga suamiku dan menyayangi anak kami, seperti putri kandungnya," kembali kudengar suara wanita itu di sela-sela tangisannya, dia adalah perempuan baik yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
Jujur aku tidak tega melihat perempuan berhati tulus itu menangis, aku dan wanita itu berpelukan dalam tangis tatkala mendengar penolakan dari lelaki paruh baya di hadapan kami itu.
"Bunda.... ayo ikut pulang" terdengar suara anak perempuan sambil menarik tanganku. Aku peluk putri kecilku dan kembali aku larut dalam kesedihan. Aku tak bisa berkata-kata, engkau menatapku begitu dalam.
---
"Menikahlah denganku" terdengar suaramu sangat parau memohon padaku.
"Hmmmm, candaannya ga lucu" jawabku sambil tertawa.
"Aku serius sayang, aku merasakan cinta yang lain denganmu, aku yakin engkau akan menjadi istri dan ibu yang baik buat anakku," engkau berkata sambil menggenggam tanganku.