Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Hawa

2 Juni 2019   12:40 Diperbarui: 2 Juni 2019   12:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin aku dalam hukumanNya karena memakan buah khuldi yang jelas dilarang Tuhanku, sampai aku tak bisa memasuki rumah sendiri, dulu tak kusadari mereka bak malaikat sampai Tuhan mengirim engkau. Aku melihat rumah itu penuh sesak tak terlihat.

Dimana aku sesungguhnya? Engkau melihat aku dijalanan dengan pakaian tak layak, mengetuk pintu demi pintu melepas dahaga mencari pintu bahagia, didapat kehampaan. Perlahan engkau menarikku menjauhi cengkeraman.

Hanya di matamu, aku terlihat bagai mutiara, dalam genggaman perlahan engkau usap mengembalikan putih sebenarnya putih. Engkau Adamku yang mengikat perburuanku dalam ikatan.

Wahai Adamku jika aku Hawamu genggam jemari ini tuntun aku menuju pulang.

ADSN, 020619

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun