Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Arisan

22 Oktober 2017   20:08 Diperbarui: 22 Oktober 2017   20:20 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pukul empat sore menghadiri arisan

Kegiatan bulanan yang diadakan di perumahan

Lokasi rumah bersebelahan

Tuan rumah menyediakan bermacam kudapan 

Berwarna warni minuman

Arisan tempat berkumpul para perempuan

Aku memilih duduk di pojokan

Suasana riuh banyak yang diperbincangkan

Dari bumbu dapur, Anak, diet sampai presiden

Aku Diam mendengarkan 

Sambil kunikmati cemilan

Saat yang dinanti yaitu kertas kocokan

Yang namanya disebut tertawa kesenengan 

Yang belum dapat sabar menanti bulan depan 

Semoga Hari Ini aku tersenyum penuh kemenangan

Tidak seperti bulan kemarin 

Ternyata namaku terlupakan 

Alias tidak disimpan 

Ke dalam gelas kocokan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun